kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.200   -65,00   -0,40%
  • IDX 7.080   -2,93   -0,04%
  • KOMPAS100 1.048   -3,07   -0,29%
  • LQ45 822   1,36   0,17%
  • ISSI 211   -2,01   -0,94%
  • IDX30 422   2,45   0,58%
  • IDXHIDIV20 505   4,21   0,84%
  • IDX80 120   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 123   -1,69   -1,35%
  • IDXQ30 140   1,02   0,74%

Perbankan Mendulang Cuan Lewat Penjualan Aset Bermasalah di 2024


Selasa, 07 Januari 2025 / 17:47 WIB
Perbankan Mendulang Cuan Lewat Penjualan Aset Bermasalah di 2024
ILUSTRASI. Recovery atas penjualan aset busuk dinilai telah berkontribusi signifikan terhadap fee based income bank yang didapat sepanjang 2024.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelesaian aset-aset busuk yang telah menjadi kredit macet menjadi salah satu fokus dari sejumlah perbankan. Alhasil, recovery atas penjualan tersebut dinilai telah berkontribusi signifikan terhadap recovery income yang didapat sepanjang 2024.

PT Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya telah melakukan Bulk Sales lebih dari Rp 1,3 triliun pada kuartal keempat tahun 2024. Bulk sales pada tahun 2024 ini meningkat 50% jika dibandingkan dengan periode tahun 2023.

Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Assets Management BTN menyatakan, upaya lain diluar Bulk Sales juga tetap dilakukan untuk terus menurunkan jumlah kredit yang Non Performing.

"Metode penjualan asset melalui Lelang, Cessie juga terus ditingkatkan, baik selama tahun 2024 maupun di tahun 2025," kata Elisabeth kepada kontan.co.id, Selasa (7/1).

Bank BTN selama tahun 2024 juga disebut Elisabeth terus aktif untuk melakukan penjualan asset bermasalah yang telah dilakukan write-off. Sepanjang tahun 2024, Bank telah berhasil membukukan recovery lebih dari Rp 1,4 triliun terhadap kredit yang telah dilakukan write-off atau meningkat lebih dari 45% dari periode yang sama di tahun 2023.

Baca Juga: Faktor Musiman dan Stimulus Fiskal Jadi Katalisator Ekonomi Kuartal I-2025

"Di tahun 2025 ini Bank BTN akan terus meningkatkan penjualan asset bermasalah, baik kredit NPL maupun kredit yang telah dilakukan write-off. Penjualan ini tidak hanya menyasar segment kredit Komersial namun juga termasuk segment kredit Konsumer," jelasnya.

Selain itu, skema penjualan melalui Lelang Hak Tanggungan, Cessie maupun melalui SKM (Surat Kuasa Menjual) akan terus ditingkatkan disamping akan kembali melakukan Bulk Sales. Beberapa upaya untuk meningkatkan penjualan asset NPL juga terus dilakukan dengan mengembangkan Portal Rumah Murah.

"Sehingga lebih banyak masyarakat yang bisa mengakses agunan siap jual dari Bank BTN disamping terus melakukan Investor Gathering untuk menambah jumlah investor yang dapat melakukan pembelian asset NPL," katanya.

Ia berharap, dengan beberapa program penjualan tersebut, pada tahun 2025 ini penjualan asset NPL dan yang sudah dilakukan write-off akan dapat terus ditingkatkan sehingga recovery income terus tumbuh disamping menurunkan Rasio NPL Bank BTN secara signifikan di tahun 2025.

PT Bank Raya Indonesia Tbk juga mengakui penjualan asset terus dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dengan mayoritas berasal dari segmen Menengah. Hal ini pun membuat tren pendapatan recovery Bank Raya yang terus bertumbuh positif.

Tren ini juga disebut sesuai dengan rencana bisnis Bank Raya, yang sampai dengan akhir September 2024, pendapatan recovery Bank Raya mencapai Rp 349 miliar atau tumbuh 91% yoy. 

Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi mengatakan, tantangan untuk memastikan bahwa penjualan aset dan pendapatan recovery dapat berjalan sesuai target adalah bagaimana strategi dan eksekusi untuk mengoptimalkan recovery melalui eksekusi lelang, dan memastikan negosiasi positif dapat terjadi sehingga mendukung keberhasilan lelang.

"Beberapa hal yang mendorong pertumbuhan recovery income juga diantaranya, Bank Raya terus menjalin komunikasi aktif, baik serta negosiasi dengan debitur untuk mendorong percepatan penyelesaian damai," kata wanita yang akrab disapa Tiwi ini.

Selain itu, kerjasama yang semakin baik antara Bank Raya dengan KPKNL dalam melakukan lelang, sehingga persentase keberhasilan lelang semakin membaik, dan publikasi informasi lelang Bank Raya yang semakin baik dan mudah diakses oleh Masyarakat sehingga bisa meningkatkan potensi penambahan pendapatan recovery.

Dalam melakukan penjualan aset, Bank Raya melakukan beberapa skema, seperti skema penyelesaian damai melalui komunikasi yang baik dan negosiasi dengan nasabah, skema lelang melalui KPKNL, Kerjasama dengan pihak ketiga maupun skema  lainnya.  Sampai dengan saat ini skema penyelesaian damai dan skema lelang mendominasi pencapaian recovery.

Di tahun 2025 ini, pihaknya juga melihat bahwa angka recovery Write Off masih relatif signifikan dalam mendukung kinerja keuangan Bank Raya. Namun demikian, fokus utama Bank Raya disebut masih dalam menumbuhkan bisnis digital, sehingga driver utama kinerja keuangan Bank Raya masih dari pertumbuhan kredit, utamanya kredit digital.

"Dalam melakukan ekspansi kredit kami menerapkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas kredit akan terus terjaga," imbuhnya.

Sementara David Prizada, Direktur Manajemen Risiko BNI mengatakan, Bank BNI berhasil menorehkan pendapatan recovery sebesar Rp 3,86 triliun pada kuartal III/2024 meningkat 31% secara yoy.

"Peningkatan ini berkat strategi lelang agresif yang dilakukan oleh perseroan. BNI mengebut penyelesaian kredit lewat penjualan sukarela dan investor baru untuk kredit bermasalah di 2024 lalu," ujarnya.

Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5%, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah

Selanjutnya: Kaleidoskop Sinar Mas 2024: Padu Padan Teknologi, Sumber Daya Manusia dan Lingkungan

Menarik Dibaca: 4 Cara Menurunkan Kadar Gula Darah Setelah Bangun Tidur, Penderita Diabetes Bisa Coba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×