Reporter: Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Ekonomi yang melambat mulai berimbas ke kinerja perbankan. Beberapa bank besar membukukan perlambatan laba di kuartal pertama tahun ini.
Ambil contoh, Bank Mandiri. Pada kuartal pertama tahun ini, bank beraset terbesar itu hanya mampu mencetak pertumbuhan laba 4,3% menjadi Rp 5,1 triliun, dari periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp 4,9 triliun. Sebagai perbandingan, pada tiga bulan pertama tahun lalu, Bank Mandiri masih bisa mencetak kenaikan laba sebesar 14,5%.
Laba Bank Mandiri melambat lantaran rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) meningkat sebanyak 200 basis poin menjadi 0,89%. Ini membuat Bank Mandiri menyiapkan provisi alias pencadangan sebesar Rp 1,5 triliun, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun.
Saat bersamaan, cost of fund Bank Mandiri meningkat 35,3% menjadi Rp 6,85 triliun. Akibatnya, "Net interest margin (NIM) kami tergerus 0,3% menjadi 5,62%," ujar Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, Jumat (24/4).
Padahal, dari sisi pendapatan, Bank Mandiri masih mencatatkan pertumbuhan lumayan. Di kuartal satu lalu, pendapatan bunga Bank Mandiri naik 19,6% menjadi Rp 17,12 triliun. Pendapatan fee based income pun mekar 9,9% menjadi Rp 3,87 triliun. Begitu pula penyaluran kredit Bank Mandiri masih bertumbuh 13,3% menjadi Rp 532,8 triliun.
Sebelumnya, Bank Danamon juga tertekan di awal-awal tahun ini. Laba bank milik Temasek itu turun 21% menjadi Rp 687 miliar pada kuartal satu 2015.
Bank CIMB Niaga lebih apes. Bank ini membukukan penurunan laba hingga 43,91% menjadi Rp 83 miliar. Sama seperti Bank Mandiri, CIMB harus menyisihkan provisi lebih besar, yakni Rp 7,37 triliun atau naik 80,6%.
Penyebabnya tak lain adalah rasio NPL gross yang membengkak dari 2,57% menjadi 4,07%. Nasib baik masih berpihak pada Bank Negara Indonesia (BNI). Di kuartal I 2015, laba bersih BNI naik 17,7% menjadi Rp 2,82 triliun. Periode sama tahun lalu, laba BNI tumbuh 15,46%.
Tekanan juga dialami Bank Internasional Indonesia (BII) lantaran penyaluran kredit masih seret. Taswin Zakaria, Presiden Direktur BII menyatakan, kucuran kredit BII selama kuartal I 2015 hanya tumbuh di bawah 11%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News