Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Muamalat Indonesia berharap pertumbuhan bisnis di semester II nanti bisa lebih tinggi dibandingkan semester I. Kelancaran pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia akan jadi salah satu faktor yang akan mendukung pertumbuhan bisnis bank syariah, khususnya Bank Muamalat.
Di semester I ini, Bank Muamalat memprediksi pertumbuhan bisnis yang meliputi dana pihak ketiga (DPK), aset, dan pembiayaan akan tumbuh di kisaran 17%-20%. Sementara, pencapaian laba hanya akan tumbuh 10% saja.
"Kami harap pilpres lancar, sehingga dana asing banyak masuk, likuiditas longgar, dan tekanan biaya dana akan berkurang," tutur Hendiarto, Direktur Keuangan & Operasional Bank Muamalat, Rabu (18/6).
Dengan kondisi tersebut, lanjut Hendi, maka bank akan leluasa untuk ekspansi. Tentunya, ke sektor yang lebih selektif sesuai dengan kondisi global seperti sektor yang terkait ekspor (trade finance), konsumer, usaha kecil menengah (UKM), dan infrastruktur.
Hendi berharap, pertumbuhan bisnis Bank Muamalat akan lebih tinggi dari semester I atau mencapai level yang diharapkan sebesar 20%. "Khususnya pencapaian laba. Kami harap, laba kami sesuai dengan target sebesar Rp 1 triliun," imbuh Hendi.
Di sisi lain, Hendi juga memproyeksikan finance to deposit ratio (FDR) Bank Muamalat akan berada pada kisaran 95%-97%. Saat ini, FDR Bank Muamalat berada pada kisaran 96%. Pendanaan Bank Muamalat pun terbilang aman dengan penerbitan sukuk yang sudah dilakukan senilai Rp 1,5 triliun dan refinancing KPR senilai Rp 1,5 triliun.
"Selain itu, masih ada stand by loan senilai US$ 90 juta yang diperoleh dari skema pinjaman bilateral dan bank komersial Malaysia," imbuh Hendi.
Hingga Mei, Bank Muamalat sudah membukukan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 44,8 triliun dengan pembiayaan Rp 43,3 triliun dan aset senilai Rp 57 triliun. Di sisi lain, laba Bank Muamalat hingga periode Mei tersebut mencapai sekitar Rp 270 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News