Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
Di sisi lain, PT Bank Aladin Syariah Tbk mencatatkan kerugian yang membengkak 118,45% pada tahun 2022 menjadi sebesar Rp 264,91 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 121,27 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, membengkaknya kerugian Bank Aladin disebabkan oleh naiknya beban operasional dari Rp87,1 miliar pada 2021, menjadi Rp190,6 miliar pada 2022.
Meski demikian, pendapatan operasional emiten berkode BANK ini mengalami peningkatan menjadi Rp62,25 miliar atau naik 119,22 % (YoY).
Total aset Bank Aladin Syariah pada akhir tahun lalu mencapai Rp 4,7 triliun atau tumbuh 117,4% dari Rp 2,1 triliun pada akhir 2021. Sedangkan pendapatan pengelolaan dana bank sebagai mudharib juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 126,4% dari Rp 36,1 miliar menjadi Rp 81,8 miliar.
Hingga Desember 2022, aplikasi mobile banking Aladin telah diunduh lebih dari 3,2 juta kali. Sedangkan untuk jumlah pengguna yang teregistrasi telah mencapai lebih dari 1,7 Juta pengguna. Aplikasi tersebut baru diluncurkan di awal tahun lalu.
Baca Juga: Simak Strategi Bank Aladin Syariah pada Tahun 2023
Presiden Direktur Bank Aladin Syariah Dyota Marsudi mengatakan, perkembangan jumlah pengguna yang cukup pesat tersebut didukung oleh strategi kolaborasi dan integrasi yang baik dengan para mitra serta implementasi strategi offline-to-online dengan Alfamart.
Melalui proses optimalisasi digital serta strategi partnership dengan para mitra strategis yang dilakukan, Bank Aladin telah berhasil menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp 1,3 triliun hingga akhir tahun 2022.
Sementara itu, laba bersih emiten perbankan digital Bank Jago (ARTO), anjlok 81,50% menjadi Rp 15,91 miliar pada tahun 2022 dari semula mencapai Rp 86,10 miliar setahun sebelumnya.
Kinerja negatif ini disebabkan total beban, termasuk penyisihan nilai hingga personalia naik 131% menjadi Rp 1,34 triliun dari sebelumnya hanya Rp 579 miliar.
Kenaikan ini terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan bunga dan syariah bersih perusahaan yang naik 129% menjadi Rp 1,35 triliun. Akan tetapi kondisi beban yang tidak dapat ditekan ikut menggerogoti kinerja laba perusahaan.
Baca Juga: NPAT Bank Jago Turun 82% Saat Laba Sebelum Pajak Melesat 124%, Ini Penyebabnya
Dari sisi kredit, tercatat melesat 117,47% menjadi Rp 7,22 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,32 triliun. Kenaikan nasabah secara total hingga September 2022 mencapai 4,2 juta dari posisi akhir Desember 2021 sebanyak 1,4 juta menjadi salah satu penopang kinerja perseroan di 2022.