kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.796   4,00   0,02%
  • IDX 6.382   120,24   1,92%
  • KOMPAS100 916   20,96   2,34%
  • LQ45 718   11,44   1,62%
  • ISSI 200   5,90   3,05%
  • IDX30 377   4,63   1,24%
  • IDXHIDIV20 455   4,89   1,09%
  • IDX80 104   2,48   2,43%
  • IDXV30 111   4,30   4,04%
  • IDXQ30 123   1,12   0,92%

Risiko NPF Multifinance Diprediksi Naik Usai Lebaran, Pelaku Industri Siaga!


Rabu, 09 April 2025 / 15:33 WIB
Risiko NPF Multifinance Diprediksi Naik Usai Lebaran, Pelaku Industri Siaga!
ILUSTRASI. Non Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan (multifinance) diperkirakan berpotensi meningkat pasca Lebaran 2025.. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID. JAKARTA. Rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan (multifinance) diperkirakan berpotensi meningkat pasca Lebaran 2025.

Berdasarkan data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Non Performing Financing (NPF) gross perusahaan pembiayaan atau multifinance per Januari 2025 mencapai 2,96%. Angka itu memburuk, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,70%.

Mengenai hal ini, sejumlah perusahaan multifinance mengakui adanya potensi kenaikan NPF usai momentum Lebaran, seiring lonjakan permintaan pembiayaan. Managing Director PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) Christel Lasmana menyampaikan, peningkatan permintaan pembiayaan pasca-Lebaran berpotensi mendorong naiknya risiko kredit bermasalah.

Baca Juga: Catat Penurunan 13,15%, CNAF Optimistis Jaga BOPO di Bawah 70% di 2025

"Namun hingga saat ini, risiko kredit kami masih aman dan terjaga dengan rasio NPF sebesar 2,38% per Februari 2025," kata Christel kepada Kontan, Senin (7/4).

Untuk menjaga kualitas aset, Mandala Finance menerapkan strategi seperti pengelolaan pencadangan yang optimal, selektif dalam menyalurkan pembiayaan, serta pemantauan portofolio secara berkala.

"Dengan strategi ini, kami optimistis dapat menjaga kualitas aset dan mempertahankan rasio NPF di bawah rata-rata industri serta memastikan kinerja tetap sehat," lanjutnya.

Sementara itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga mencermati potensi peningkatan NPF, terutama akibat kemampuan bayar nasabah yang menurun.

Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan pihaknya menjaga kualitas portofolio dengan terus mendorong pembayaran angsuran melalui berbagai saluran, seperti WhatsApp dan telepon.

Baca Juga: Startegi Adira Finance Jaga Pertumbuhan Pembiayaan Kendaraan Listrik pada 2025

"Strategi kami dalam menjaga angka NPF agar tetap baik adalah dengan menerapkan metode risk based pricing di mana penentuan suku bunga kepada nasabah ditentukan berdasarkan tingkat risiko," kata Ristiawan kepada Kontan, Senin (7/4).

Pada Februari 2025, angka rasio NPF CIMB Niaga Auto Finance sebesar 1,3%. Angka tersebut lebih baik dari tren industri di bulan Januari 2025 sebesar 2,96%.

Adapun PT Mandiri Utama Finance (MUF) juga mengantisipasi fluktuasi NPF pasca Lebaran dengan penguatan pemantauan dan strategi manajemen risiko.

"Strategi kami antara lain peningkatan selektivitas pembiayaan, penguatan monitoring debitur, serta collection management untuk tindak lanjut yang cepat terhadap kredit bermasalah,” kata Head of Corporate Secretary & Legal MUF Elisabeth Lidya Sirait kepada Kontan belum lama ini.

Rasio NPF perusahaan pada Februari 2025 tercatat sebesar 1,42%, membaik dibandingkan Februari 2024 sebesar 1,48%. 

Baca Juga: Mandiri Utama Finance (MUF) Proyeksikan Rasio NPF Stabil Usai Lebaran

Elisabeth bilang, faktor pendorong perbaikan rasio NPF ini karena kebijakan selektif dalam penyaluran pembiayaan, pengelolaan manajemen risiko yang prudent, serta upaya penguatan proses collection.

Senada, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) juga berharap rasio NPF tetap stabil usai Lebaran. Pada Februari 2025, rasio NPF Adira berada di level 2,2%.

Head of Investor Relation & Research Adira Finance Sartika Lubis mengatakan perusahaan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam manajemen risiko dan penyaluran pembiayaan.

“Kami memberikan pembiayaan yang tersegmentasi sesuai dengan risk appetite perusahaan, serta memastikan proses collection berjalan efektif untuk menekan potensi kredit macet,” ujarnya kepada Kontan belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×