Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Nilai tukar mata uang Garuda selama beberapa hari ini terus mengalami pelemahan. Rupiah kembali tidak berdaya terhadap dollar Amerika Serikat (AS) Selasa (28/7) pagi. Di pasar spot, rupiah melemah tipis ke Rp 13.464 per dollar AS atau 0,01% dari sebelumnya Rp 13.463 per dollar AS.
Ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing, Idrus Muhamad mengungkapkan, peningkatan volume permintaan dollar terjadi lebih karena faktor eksternal yaitu rencana kenaikan suku bunga the fed fund rate yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve pada akhir tahun 2015 ini.
Menurut Idrus, tidak ada permintaan dollar yang terkait dengan maraknya aksi borong dollar untuk investasi maupun untuk pembayaran utang luar negeri.
Kondisi likuiditas valas saat ini mengetat, tercermin dari supply yang berkurang sedangkan demand diperkirakan akan terus membesar lantaran banyak pihak yang menjaga posisi untuk menahan kepemilikan dollar.
"Demand dollar masih akan tinggi dengan pola jaga posisi untuk menahan dollar sebagai aset dan juga sebagai cadangan keuangan," kata Idrus kepada KONTAN, Selasa (28/7).
Idrus bilang, kondisi seperti ini patut dikhawatirkan ketika masyarakat menjadi defensif terhadap kepemilikan dollar. Hal ini mengakibatkan rupiah menjadi mata uang yang tidak dipercaya di negeri sendiri dan mata uang asing nilainya menjadi lebih tinggi.
Saat inilah, kata Idrus, dibutuhkan langkah persuasif dari pemerintah untuk membuat peta jalan ekonomi agar nilai tukar rupiah tidak mengalami depresiasi lebih dalam lagi. Menurutnya, tidak ada langkah yang dilakukan untuk mengantisipasi depresiasi rupiah dan hanya mengandalkan metode pengurangan cadangan devisa.
"Pemerintah tidak membangun optimisme pasar seperti melakukan penyerapan APBN dan APBD secara maksimal dan hanya mengandalkan investasi jangka panjang seperti pembangunan infrastruktur yang membutuhkan waktu lama," ucapnya.
Kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah, dialami oleh pebisnis penukaran uang atau money changer. Harli, pemilik money changer di bilangan SCBD Jakarta mengatakan, nilai tukar dollar yang nyaris menyentuh Rp 13.500 per dollar AS ini membuat penjualan dollar menjadi marak.
Hari ini, transaksi penjualan dollar menyentuh angka US$ 20.000. Sedangkan untuk pembelian dollar, ia melayani permintaan mencapai US$ 15.000.
Transaksi yang lebih tinggi, kata Harli, justru terjadi kemarin. Penjualan dollar menembus angka US$ 45.000 sedangkan untuk pembelian mencapai US$ 40.000. "Banyaknya yang menjual. Yang beli lumayan sepi hari ini. Hanya transaksi-transaksi kecil saja, hanya untuk pembayaran sepertinya dan bukan untuk menyimpan atau investasi," ujar Harli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News