kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Segmen komersial jadi penyebab naiknya NPL perbankan sepanjang 2019


Jumat, 21 Februari 2020 / 16:50 WIB
Segmen komersial jadi penyebab naiknya NPL perbankan sepanjang 2019
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di teller Bank BCA Tangerang Selatan.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penghujung tahun 2019 lalu, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) cenderung meningkat. Bank Indonesia (BI) menyebut pada Desember 2019 posisi NPL perbankan ada di level 2,53%, naik dibandingkan dengan posisi tahun 2018 sebesar 2,37%.

Peningkatan NPL memang terjadi di beberapa bank. Namun, bila dirinci mayoritas bank mengamini bahwa penyumbang NPL terbesar tak lain berasal dari segmen komersial. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang menyebut bahwa NPL di segmen komersial memang naik namun sampai saat ini posisinya masih relatif terjaga. 

Baca Juga: Penyaluran kredit minim, laba perbankan tahun 2019 anjlok

"NPL tidak banyak bergerak di komersial, tapi reserve-nya agak banyak," ujar Direktur BCA Henry Koenaifi saat ditemui di Jakarta, Kamis (21/2).

Sebagai gambaran saja, merujuk presentasi perusahaan, komposisi NPL terbesar di BCA saat ini disumbang oleh segmen korporasi atau sebesar 42,2% posisi ini meningkat dari periode tahun sebelumnya yang sebesar 37,4%. Sementara untuk segmen komersial dan UKM menyumbang sekitar 36% dari total NPL pada periode tahun 2019 lalu.

Bila dihitung nominalnya, per 2019 lalu total NPL BCA berjumlah Rp 8,04 triliun naik 4,3% secara yoy. Meski begitu, posisi rasio NPL bank bersandi BBCA ini masih terjaga di level 1,3% per tahun 2019 menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 1,4%. 

Alih-alih untuk menggawangi NPL, bank swasta terbesar ini pun telah meningkatkan rasio pencadangan hingga sebanyak 189,2% jauh meningkat dari tahun sebelumnya 178,7%.

Kendati punya risiko yang tinggi, faktanya kredit komersial dan UKM BCA tercatat naik paling besar yakni mencapai 12% secara year on year (yoy) dari Rp 181,1 triliun di 2018 menjadi Rp 202,88 triliun di tahun lalu.

Salah satu bank lain yang mencatat NPL komersial naik yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Per akhir 2019 lalu tercatat NPL kredit komersial atau menengah BNI telah mencapai 4,1% tertinggi dibandingkan seluruh segmen. 

Posisi ini juga meningkat dari periode tahun sebelumnya yang sebesar 2,6%. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya kualitas kredit beberapa debitur terutama di sektor transportasi.

BNI terlihat mengurangi penyaluran ke segmen menengah. Tercermin dari total realisasi kredit yang turun sebanyak 2,7% secara yoy. 

Baca Juga: Selain perlambatan kredit, Bank Mandiri perkirakan NPL naik 0,2%-0,3% akibat corona

Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo memang menyebut pihaknya akan jauh lebih berhati-hati di tahun 2020 dalam menyalurkan kredit. Hal ini bertujuan untuk mencapai target NPL di level 2%-2,2% maksimal di 2020.

Di sisi lain, salah satu bank yang mencatat kenaikan NPL komersial segmen yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Direktur Utama BTN Pahala N. Mansury mengatakan saat ini posisi NPL gross segmen komersial sudah mencapai 18% pada akhir 2019. 

Nah tingginya kredit bermasalah BTN di tahun lalu ini disebabkan oleh kebijakan yang diambil perseroan yakni dengan menurunkan kelas (downgrade) kredit dengan kualitas rendah. Terutama pada kredit konstruksi khususnya apartemen dan bangunan tinggi (high rise).

"NPL komersial ini besar, sampai 18% dan membebani kinerja. Namun, dampaknya tidak signifikan karena sebagian besar kredit kami adalah KPR kepada individu," ujarnya, Senin (17/2) lalu. 

Memang, bila ditelisik sekitar 74,96% kredit BTN tahun lalu mengalir ke KPR.

Berkaca pada presentasi perusahaan, total NPL BTN per akhir 2019 lalu memang meningkat secara tahunan dari 2,81% menjadi 4,78%. Nah, bila dirinci mayoritas NPL ini disumbang dari kredit komersial non perumahan dengan tingkat NPL mencapai 8,93% naik dari tahun sebelumnya 7,54%.

Namun, peningkatan paling mencolok terjadi pada kredit perumahan BTN khususnya ke sektor konstruksi yang tingkat NPL menembus 18,71% di akhir 2019 lalu. Rasio ini naik lebih dari kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar 7,05%. 

Posisi NPL konstruksi BTN ini tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Namun, Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu memastikan bahwa posisi NPL ini sudah ada pada tingkat tertingginya. Artinya, dapat dipastikan NPL BTN di 2020 bakal menciut. 

Khusus di segmen ini pihaknya lebih banyak memilih untuk melakukan penjualan aset atau lelang guna mempercepat proses perbaikan NPL. 

"Kami sudah banyak restrukturisasi. Tahun ini kami akan fokus pada penjualan agunan, atau kalau memang diperlukan bisa menempuh jalur hukum," terang Nixon.

Baca Juga: Kinerja merosot, laba Maybank Indonesia anjlok 18% di tahun 2019

Di tahun ini bank spesialis kredit perumahan ini memasang target NPL sebesar 3%-3,5%. Di samping itu, agar lebih berhati-hati dalam memberikan kredit, BTN juga akan mendorong rasio pencadangan hingga mencapai 120% dari posisi per Januari 2020 yang sebesar 100%.

Bukan cuma bank besar saja yang kewalahan menggawangi kredit komersial. Bank Pembangunan Daerah (BPD) pun mencatat NPL komersial cukup tinggi. 

Ambil contoh, PT BPD Sumatera Utara (Sumut) yang per Desember 2019 mencatatkan NPL sebesar 4,36%. Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar mengungkap, dari NPL tersebut mayoritas disumbang oleh NPL kredit komersial yang mencapai 20,4%. 
Untuk menjaga NPL agar tak lebih tinggi, pihaknya juga sudah memiliki sederet strategi. Antara lain dengan mengoptimalkan supervisi kredit yang disalurkan dan memperluas ekspansi kredit.

"Target tahun ini NPL dijaga pada kisaran 3,2%," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2). 
Syahdan menambahkan, tahun ini pihaknya akan mengurangi penyaluran kredit ke segmen komersial dan lebih fokus pada kredit ritel sektor perdagangan dan rumah tangga. 

"Kami juga mengoptimalkan pada kredit konsumtif, multiguna dan kredit pensiunan tahun ini," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×