Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Sepanjang tahun 2010, permodalan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) terkikis tajam. Hal itu terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) yang anjlok di tahun 2010 hanya sekitar 16,74% dibandingkan 2009 yang mencapai 21,75%.
Terkikisnya CAR BTN ini merupakan dampak dari diberlakukannya aturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk mengikuti aturan perbankan internasional yang termaktub dalam Basel II dengan memasukkan penghitungan risiko operasional dan pasar pada CAR. Direktur Keuangan BTN Saut Pardede mengatakan, akibat kebijakan tersebut, mengakibatkan adanya penambahan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar Rp 2,7 triliun sehingga CAR menyusut.
"Tahun 2009 belum ada kebijakan ini, sehingga CAR kita terkesan tinggi. Tahun ini kita hitung sesuai kebijakan tersebut sehingga ada penambahan ATMR Rp 2,7 triliun, jadi cukup signifikan," kata Saut, Jakarta, Rabu (30/3).
Saut mengatakan dalam jangka panjang, CAR BTN masih aman atau di atas 13% hingga tahun 2013. CAR tersebut masih cukup untuk mempertahankan target pertumbuhan kredit BTN di atas 20% tahun ini. Untuk mempertahankan CAR, BTN berharap pada turunnya setoran dividen. "Dividen pada prospektus itu 30%, itu dividen yang ingin dipertahankan, tetapi itu tergantung pada pemegang saham," kata Saut. Sekadar informasi, tahun lalu setoran dividen BTN mencapai 35%.
Untuk sumber dana jangka panjang dan bersifat wholesale, BTN bakal menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun, sekuritisasi aset Rp 2 triliun serta term purchase program (TPP) dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). TPP adalah program pembelian aset KPR BTN oleh SMF
"Obligasi itu penjamin pelaksana sudah ditunjuk dan akan efektif Juni nanti. Dan untuk corporate action jangka panjang lain akan dilakukan di semester II 2011," tuturnya.
Dalam paparan kinerjanya, BTN mencatat kenaikan aset sebesar 17% menjadi Rp 68,3 triliun dari sebelumnya Rp 58,4 triliun. Penyaluran kredit dan pembiayaan juga naik 26,56% menjadi Rp 51,5 triliun di tahun 2010 dibandingkan 2009 yang mencapai Rp 40,7 triliun. Laba bersih juga naik signifikan 86,73% dari Rp 490 miliar di 2009 menjadi Rp 915 miliar. Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 18,23% menjadi Rp 47,5 triliun dibandingkan 2009 yang hanya Rp 40,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News