Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati mencatatkan kinerja yang meleset dari perkiraan, komitmen perbankan besar untuk membagikan dividen belum sirna. Investor pemburu dividen bisa bersiap untuk menadah guyuran dana segar tersebut.
Salah satu yang bersiap membagikan dividen dari tahun buku 2024 adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bahkan, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar berencana meningkatkan rasio dividen hingga 60% kepada pemegang saham.
“Justru saya berpikir rencana akan menaikkan sedikit lagi dari 50%, mungkin sekitar 55% sampai 60%,” ujar Royke, beberapa waktu lalu.
Asal tahu saja, laba BNI sepanjang tahun 2024 tercatat Rp 21,5 triliun. Artinya, dengan rasio dividen hingga 60%, maka nilai dividen maksimal yang bakal diberikan oleh bank dengan kode emiten BBNI itu mencapai Rp 12,9 triliun.
Namun, Royke mengingatkan bahwa keputusan tersebut belum bersifat final. Di mana, pembagian dividen tentunya perlu mendapatkan persetujuan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Baca Juga: Kinerja Big Banks Tak Sesuai Ekepektasi, Cermati Prospek Sahamnya
“Makanya nanti kita akan lihat kemampuan sampai lima tahun depan, aku rasa kami menaikkan dividen sedikit juga masih tidak ada isu,” tambahnya.
Secara historis, dividen BNI memang konsisten mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun buku 2023, BNI telah membagikan dividen senilai Rp 10,45 triliun dan untuk tahun buku 2022, BNI membagikan dividen sebesar Rp 7,32 triliun.
Selanjutnya, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang kemungkinan besar juga bakal kembali membagikan dividen dari tahun buku 2024. Meskipun, laba Bank Mandiri hanya tumbuh 1,31% secara tahunan di tahun 2024.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi pun mengisyaratkan tidak ada kenaikan rasio dividen di tahun ini. Di mana, dalam beberapa tahun terakhir, rasio dividen Bank Mandiri juga terlihat sedikit menurun dari tahun ke tahun.
Misal tahun buku 2021, rasio dividennya 60,11%, selanjutnya di tahun buku 2022, rasionya agak turun jadi 60,02%. Sementara, untuk tahun buku 2023, rasio dividen yang dibagikan oleh Bank Mandiri menjadi 59,99%.
“Terkait dengan dividen, Bank Mandiri telah mempertahankan rasio dividen sekitar 60% dalam lima tahun terakhir, sesuai dengan arahan pemerintah sebagai pemegang saham utama,” ujar Darmawan, Rabu (5/2).
Baca Juga: Simak Potensi Dividen Bank Mandiri yang Cetak Laba Rp 55,78 Triliun di Tahun 2024
Darmawan menambahkan, pembagian dividen nantinya bakal terlebih dahulu mempertimbangkan beberapa hal. Salah satu contoh adalah melihat bagaimana permodalan yang dibutuhkan Bank Mandiri.
“Mempertimbangkan juga kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan,” tandasnya.
Sementara itu, bank besar lainnya seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah membagikan dividen interim pada akhir tahun 2024. Namun, keduanya belum juga mengumumkan berapa dividen final yang akan dibagikan untuk tahun buku 2024.
Pada akhir tahun lalu, dividen interim yang dibagikan BCA senilai Rp 50 per saham, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 42,4 per saham. Sementara, BRI membagikan dividen interim sebesar Rp 135 per saham, naik dari tahun sebelumnya Rp 84 per saham.
“Kami berkomitmen untuk memberikan nilai tambah yang berkesinambungan bagi seluruh pemangku kepentingan,” ujar Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA.
CEO Edvisor Praska Putrantyo mengungkapkan untuk saham bigbanks yang dapat dipantau saat ini adalah bank-bank BUMN. Bukan tanpa alasan, rata-rata dividen yield yang diberikan pun tergolong besar.
Ia mencontohkan, rata-rata dividend yield secara 2 tahun per penutupan harga 5 Februari 2025 terbesar dicatat Bank Mandiri yang mencapai 7,5%. Diikuti oleh BRI dengan dividend yield sekitar 6,59% dan BNI yang memberikan dividend yield sebesar 5,98%.
“Melihat juga analisis dari valuasi yang masih dibilang relatif murah seperti PER per 5 Februari 2025 BRI 10,34x, Bank Mandiri 9,11x dan BNI 7,64x dengan fundamental yang masih kuat,” ujar Praska.
Ia juga merekomendasikan bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi saham-saham tersebut. Bukan tanpa alasan, harga-harga saham bank ini sedang berada di bawah atau koreksi sehingga dapat mendapatkan dividen besar juga.
“Saham-saham big banks masih memiliki potensi naik lagi karena fundamental yang masih kuat didukung juga dengan sentimen domestik yaitu outlook suku bunga acuan yang akan turun di 2025,” tambahnya.
Selanjutnya: Unilever Indonesia (UNVR) Tekankan Pentingnya Aspek Keberlanjutan
Menarik Dibaca: Daerah Mana Saja yang Hujan ya? Berikut Ramalan Cuaca Besok (7/2) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News