Reporter: Christine Novita Nababan |
JAKARTA. Banyak jalan menuju Roma. Pepatah ini tepat menggambarkan usaha Citibank Indonesia mendongkrak lini bisnis konsumer selama menjalani hukuman Bank Indonesia (BI). Bank asal Amerika Serikat ini tidak boleh menerima nasabah baru kartu kredit selama 2 tahun. Sanksi ini setelah kematian tidak wajar salah satu nasabah kartu kreditnya, Irzen Octa. Larangan ini berdampak besar, karena bisnis kartu kredit penopang utama Citibank.
Agar kredit konsumer tetap tumbuh, Citibank meluncurkan produk baru, yakni Ready Credit. Ini fasilitas pinjaman siap pakai dalam jumlah (plafon) tertentu. Skema penarikannya melalui kartu. Meski berupa kartu, fasilitas ini tidak bisa digunakan untuk berbelanja. Nasabah hanya boleh memanfaatkan pinjaman dengan cara menarik uang secara tunai di mesin ATM atau transfer. Citibank memasarkan produk ini untuk nasabah lama dan baru.
Tigor M. Siahaan, Chief Country Officer Citibank Indonesia menegaskan, produk ini tidak masuk kategori kartu kredit. "Sama sekali berbeda, kartu kredit itu alat pembayaran, sedangkan Ready Credit adalah dana siap pakai,” ujarnya, ketika ditemui KONTAN, kemarin (11/4).
Ready Credit, juga tidak bisa disejajarkan dengan personal loan alias kredit tanpa agunan (KTA), meski keduanya mempunyai kemiripan dalam skema pelunasan utang, yakni sama-sama bisa diangsur. Kedua produk ini berbeda dalam hal pencairan pinjaman. Ready Credit bisa dicairkan secara bertahap dan berulang-ulang, sedangkan KTA sekali pencairan.
Selain itu, plafon pinjaman Ready Credit terus berfluktuasi. Setelah nasabah melakukan pembayaran, dana siap pakainya bertambah kembali sesuai plafon. Jadi, nasabah tidak perlu mengajukan permohonan utang baru. Sementara, nasabah KTA yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman baru, harus menyelesaikan dulu catatan kredit lamanya.
Tigor mengklaim, produk Ready Credit telah mendapatkan restu dari BI. "Tidak mungkin kami melangkahi bank sentral," tegas dia.
Gencar menjajakan Ready Credit
Berdasarkan pengamatan KONTAN, sejak Maret 2012, Citibank gencar menjajakan Ready Credit di berbagai pusat perbelanjaan. Salah satu tenaga pemasar Citibank yang enggan disebutkan namanya menjelaskan, fasilitas pinjaman ini berbunga 32,5% - 36,5% per tahun (efektif) atau 1,3% - 1,45% per bulan (flat). Plafon pinjaman mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 200 juta.
Bunga kredit tersebut, menurut si pemasar, lebih rendah ketimbang bunga KTA atau bunga kartu kredit. Untuk sekali penggunaan, KTA dikenakan biaya administrasi 3% dan pelunasan di muka sampai dengan 5%. Sementara, bunga kartu kredit rata-rata mencapai 45% per tahun.
Citibank akan mengirimkan surat tagihan setiap bulan. Nasabah boleh membayar sebesar 6% dari total tagihan (minimum payment). Nasabah juga memiliki opsi mengangsur pinjaman secara tetap selama periode tertentu.
Sepintas lalu, klaim Tigor tentang perbedaan Ready Credit dengan kartu kredit memang ada benarnya. Tapi, setelah mendengar penjelasan dari si pemasar, produk ini identik dengan kartu kredit. Perbedaan hanya pada nama dan cara transaksi.
Ilustrasinya begini. Misalkan nasabah ingin membeli TV LCD. Jika menggunakan kartu kredit, nasabah langsung menggesek di kasir. Dengan Ready Credit, nasabah mampir dulu ke ATM, mencairkan dana lalu bertransaksi tunai di kasir. Setelah itu, nasabah tinggal mengangsur pinjaman. Ready Credit juga memiliki skema minimum payment dan bunga berjalan. Benar-benar mirip.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News