Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Wacana spin off dari Unit Usaha Syariah (UUS) dari seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia menjadi satu Bank Umum Syariah (BUS) diperkirakan akan sulit terealisasi. Sebab, upaya ini akan terhambat culture shock mengingat karakteristik antar UUS BPD yang berbeda-beda.
Menurut Mulyatno Wibowo, Direktur Korporasi dan Syariah Bank DKI, menyatukan UUS dari begitu banyak BPD sangat sulit dilakukan. Penyebabnya mulai dari kultur kerja yang berbeda-beda. "Sistem antar BPD juga sangat berbeda," kata Mulyatno di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, mengintegrasikan data keuangan dari seluruh BPD juga pasti sangat sulit. "Saya pernah di Mandiri. Waktu mengintegrasikan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), dan Bank Eskpor Impor (Bank Exim). Prosesnya sangat panjang dan terjadi open item sangat lama," ujar Mulyatno.
Pada gilirannya pemaksaan merger seluruh UUS selain menciptakan culture shock, juga akan menciptakan kecemburuan antar unsur UUS. "Kenapa yang dipakai sistem UUS ini, bukan UUS kami. Akan membuat ada UUS yang superior dan menjadi inferior," pungkas Mulyatno.
Sebagaimana diketahui, Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) sempat melontarkan wacana pembentukan bank syariah bersama. Rencana itu mendapat respon dari Bank Indonesia (BI). Kala itu, Direktur Eksekutif Perbankan Syariah BI (kini OJK) Edy Setiady, pernah mengatakan ada dua opsi yang sedang dikaji.
Pertama, BPD yang memiliki unit usaha syariah (UUS) secara bersamaan melakukan pelepasan unit (spin off). Kemudian menggabungkan UUS tersebut sehingga terbentuk satu BUS bersama. Kedua, pembentukan BUS per wilayah. Misalnya, BPD di Sumatera sepakat membentuk satu bank syariah melalui pelepasan UUS masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News