Reporter: Adhitya Himawan, Issa Almawadi | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setelah menurunkan target pertumbuhan kredit, kini para bankir memangkas proyeksi kenaikan dana pihak ketiga (DPK). Alasannya sederhana, bank ingin menekan beban bunga (cost of fund), kala potensi pendapatan menguncup.
Semisal Bank Negara Indonesia (BNI) yang memutuskan memangkas 200 bps atau 2% dari target awal pertumbuhan DPK tahun 2015. "Saat ini, target pertumbuhan DPK 12%–13% dari sebelumnya 13%–15%," ucap Rico Rizal Budimarmo, Direktur Keuangan BNI, Senin (29/6).
Dengan strategi ini, BNI bisa lebih fokus menjaga pertumbuhan dana berbiaya murah, seperti tabungan dan giro, serta memangkas pendanaan berbiaya mahal. Rasio dana murah BNI ditargetkan berkisar 64%–65% dari total DPK.
Meski demikian, rasio jumlah penyaluran kredit dan pemasukan dana alias loan to deposit ratio (LDR) diupayakan stabil di kisaran 90%-an. Sekadar mengingatkan, BNI telah merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 15%–17% menjadi 14%–15%.
Hal serupa juga dilakukan Bank International Indonesia (BII). Setelah mengubah pertumbuhan kredit dari 15%–17% menjadi 11%–13%, kini BII juga mengubah target pertumbuhan DPK dari di atas 10% menjadi di bawah 10%.
Revisi pertumbuhan kredit dan DPK merupakan gambaran proyeksi iklim usaha belum terlalu kondusif. "Sehingga lebih rasional untuk melakukan revisi," kata Lani Darmawan, Direktur Ritel BII.
Sama seperti BNI, meski memangkas target pertumbuhan DPK, Lani berharap, porsi dana murah dari segmen tabungan dan giro tetap bisa tumbuh. Konsekuensinya adalah simpanan dana mahal, semisal deposito, bakal lebih diseleksi agar tidak menambah kewajiban.
Demikian juga dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). "Penghimpunan DPK kami sesuaikan dengan kebutuhan penyaluran kredit kami," ujar Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI.
Pertumbuhan kredit BRI telah direvisi dari semula 15%–17% menjadi 13%–15%. Alhasil, target pertumbuhan DPK tahun ini sebesar 17%, diubah menjadi lebih rendah.
"Kebutuhan DPK akan selalu kami selaraskan dengan pertumbuhan kredit. Pokoknya kami usahakan LDR tetap di level 80-an% hingga akhir tahun ini," imbuh Haru.
Likuiditas longgar
Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan dan Strategi Bank CIMB Niaga menegaskan, kondisi likuiditas Bank CIMB Niaga tahun ini memang lebih longgar dibanding tahun lalu. "Kenyataan ini akibat pertumbuhan penyaluran kredit tahun ini memang menurun," kata Wan, pekan lalu.
Wan bilang, pertumbuhan kredit CIMB Niaga tahun ini telah direvisi dari 12%–13% menjadi 9%–10%. "Sehingga pertumbuhan DPK kami sesuaikan di kisaran yang sama. Karena jika likuiditas berlebih namun tidak bisa diimbangi penyaluran kredit di tingkat yang sama, itu justru akan berubah menjadi biaya," imbuh Wan.
Berbeda dengan bank pada umumnya, Bank Danamon masih bersemangat menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga, terutama tabungan. Muliadi Rahardja, Wakil Direktur Utama Bank Danamon mengatakan, di saat ekonomi sedang lesu, jumlah nasabah penabung justru semakin meningkat.
"Kami usahakan lebih tinggi pertumbuhannya dibanding tahun lalu, berapapun pertumbuhannya," kata Muliadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News