Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak beberapa tahun terakhir, terlihat kecenderungan peralihan transaksi nasabah ke kanal digital. Ini ditandai dengan semakin meningkatnya penggunaan kanal digital seperti e-banking serta menurunnya transaksi di cabang maupun ATM.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) misalnya, hingga akhir Desember 2020 tercatat transaksi internet banking BRI sebanyak 2,7 miliar kali atau meningkat 132,2% secara year on year.
Total fee & commission income BRI sepanjang tahun 2020 mencapai Rp 15,18 triliun atau meningkat 6,6% dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp 14,29 triliun.
"Adanya pandemi ini menjadi akselerator transformasi digital di BRI yang telah dijalankan sejak tahun 2016. Dampaknya adalah meningkatnya transaksi digital, terutama internet banking BRI," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Kontan.co.id, Sabtu (20/2).
Baca Juga: Bank semakin mendorong digitalisasi, tren kantor cabang bakal kian berkurang
Menurutnya, khusus pada aplikasi BRIMO, pertumbuhannya mencapai 660,5% yoy atau lebih dari 765 juta transaksi. Hal ini berbanding terbalik dengan transaksi di mesin ATM BRI yang tercatat hanya tumbuh 0,6% sepanjang tahun 2020, dan transaksi agen Brilink naik 39,6% atau sebesar 728 juta transaksi.
"Ini membuktikan bahwa masyarakat sudah melakukan shifting ke transaksi digital. Untuk tahun 2021 kami menargetkan pertumbuhan fee based income sebesar 8% secara year on year," ujar Aestika.
Pihaknya memproyeksikan transaksi digital banking akan terus tumbuh dengan didukung perubahan pola transaksi masyarakat (peningkatan transaksi cashless dan online) dan perkembangan teknologi.
Ia menjelaskan, dengan meningkatnya transaksi digital banking, BRI telah mempersiapkan hal ini dengan terus berupaya dan fokus meningkatkan jasa layanan digital banking.
BRI sendiri telah mulai melakukan transformasi digital sejak tahun 2016 dan berbagai inisiatif digital telah dan terus dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar kedepan, diantaranya: super apps BRImo, BRI Digital Saving, Brispot, BRIBrain, dan sebagainya.
Aestika mengatakan, strategi yang akan BRI lakukan ke depan untuk meningkatkan kinerja ebanking yakni dengan mengembangkan BRIAPI sebagai gerbang untuk kerja sama digital.
Selain itu BRI terus melakukan pengembangan terhadap Digital Saving, Digital Loan dan aplikasi BRIMO secara terus-menerus untuk memudahkan masyarakat dalam menikmati layanan perbankan BRI.
Baca Juga: Layani nasabah lebih lleksibel, CIMB Niaga andalkan digital lounge
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengatakan, sepanjang tahun 2020, BMRI mencatat kenaikan transaksi kanal digital dibandingkan tahun sebelumnya sebesar lebih dari 50% untuk mandiri online menjadi 620 juta transaksi, serta lebih dari 20% untuk mandiri cash management menjadi 83 juta transaksi.
"Pendapatan komisi bank berasal dari berbagai macam transaksi perbankan, baik segmen wholesale maupun retail. Untuk nasabah segmen wholesale meliputi transaksi trade, bank garansi, dan cash management," kata Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans.
Ia mengharapkan, pada tahun ini dari sisi Fee based income bisa tumbuh 40%-50%. "Strateginya adalah memberikan layanan digital yang lebih nyaman dan lengkap," ujar Rico.
Sedangkan untuk aktivitas nasabah segmen retail meliputi transaksi debit card, credit card, ATM, mandiri online, EDC, dan juga transaksi yang memiliki fee berbasis administrasi atas rekening dana maupun kredit.
Kata Rico, sebagai salah satu bank yang paling progresif dalam pengembangan produk dan inovasi digital, Bank Mandiri selalu berupaya menghadirkan pelayanan yang terbaik bagi nasabah pengguna produk dan layanan perbankan dari Bank Mandiri.
Terkait dengan hal itu, Bank Mandiri telah menyiapkan empat strategi utama sebagai acuan dalam mengembangkan layanan perbankan digital ke depannya. Yakni, digitalisasi proses internal, pengembangan produk digital secara end-to-end, modernisasi layanan eksisting, dan menjadi pelaku aktif di dalam ekosistem digital.
"Selain itu, sebagai salah satu bank terbesar, Bank Mandiri akan selalu berupaya untuk tetap adaptif terhadap dinamika yang terjadi di dalam industri keuangan dan selalu membuka berbagai macam kemungkinan agar bisa terus berkembang menjadi lebih baik lagi," imbuh Rico.
Setali tiga uang, Sepanjang tahun 2020, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking terus bertumbuh dengan pesat, yakni sebesar 50,7% YoY.
Sepanjang tahun 2020 BCA memproses lebih dari 30 juta transaksi per hari secara rata-rata, atau naik 18,3% dari tahun 2019.
Baca Juga: Bank Mandiri Layani Transaksi Keuangan Online di Sektor Jasa Kesehatan
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn mengatakan, BCA akan terus melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan keunggulan layanan perbankan transaksi dalam mendukung pertumbuhan jumlah nasabah maupun jumlah transaksi yang dilakukan di dalam ekosistem pembayaran BCA, terutama transaksi melalui jaringan internet banking dan mobile banking.
"Kami berharap tahun 2021 lebih membaik sehingga fee income dapat tumbuh positif seiring dengan adanya recovery transaksi," ungkap Hera.
Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengungkapkan, total pendapatan dari digital memang belum terlalu signifikan. Tetapi pertumbuhannya,sangat baik.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, pada tahun lalu fee income digital naik 85%. Karena masyarakat mulai terbiasa melakukan transaksi secara digital sejak pandemi. "Tahun ini kami harapkan bisa tetap tumbuh di atas 25%," kata Lani.
Ia menyebut, dalam menjaga pertumbuhan pihaknya menerapkan beberapa strategi seperti, terus mensosialisasikan penggunaan OctoMobile dan Octoclicks kepada para nasabah secara aktif dan juga melengkapi fitur digital banking.
"OctoMobile merupakan andalan utama karena ability yang cukup luas untuk transaksi transfer, pembelian, pembayaran, dan juga promosi di ecommerce, merchant dan market place," ujar Lani.
Djumariah Tenteram, Direktur Retail Banking PermataBank mengungkapkan, transaksi digital di Bank Pemata selama tahun 2020 meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Tren kenaikan ini didukung oleh usaha PermataBank dalam memperkuat layanan perbankan digital yang prima, dengan memanfaatkan dan menanamkan proses digital dalam penerapan transaksi perbankan yang beroperasi dengan mudah, cepat, dan aman terutama melalui PermataMobile X, PermataNet, API banking.
Ia menjelaskan, di tahun 2020, transaksi digital mengalami akselerasi karena adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia. Salah satu transaksi yang dapat membantu nasabah melakukan pembayaran non tunai secara aman dan nyaman adalah dengan QR code yang sesuai standar QRIS.
"Walaupun kondisi pandemi melanda Indonesia, hal ini tidak menghalangi pertumbuhan jumlah transaksi. Kita melihat adanya perubahan perilaku nasabah dalam melakukan transaksi dari offline ke digital. Di tahun 2020, jumlah transaksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya terutama di area transaksi secara digital," kata Djumariah.
Baca Juga: Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) akan jadi bank digital usai diakuisisi Sea Group
Ia menyebutkan, di tahun 2020, transaksi melalui mobile banking tumbuh signifikan. Namun, transaksi QR pay tumbuh paling tinggi, yakni lebih dari 300%.
Untuk mendukung inklusi keuangan dan akselerasi digital guna membantu perekonomian Indonesia di masa pandemi, PermataBank juga telah memberikan layanan PermataQR bagi pelaku usaha terutama sektor UMKM supaya bisa menerima pembayaran non tunai.
Layanan PermataQR dapat melayani pembayaran melalui berbagai media pembayaran seperti stiker, aplikasi di HP maupun EDC.
"Dalam kurun waktu 3 bulan setelah launching, PermataBank telah mengakuisisi lebih dari 100.000 merchant dimana mayoritas berasal dari sektor UMKM," imbuh Djumariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News