Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Maklum saja, beberapa waktu lalu ada kasus simpang siur terkait Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang memberikan kredit untuk kepentingan kampanye partai politik.
"Kalau pertumbuhan kredit itu sepertinya yang mendorongnya dari konsumsi, bukan korporasi, jadi bisa saja kredit itu digunakan untuk hal lainnya di luar korporasi, bisa hubungannya untuk pinjaman untuk kampanye dan lain-lain," kata dia belum lama ini.
Sementara itu sejumlah pengamat menilai perlambatan pertumbuhan dana nasabah tajir di atas Rp5 miliar disebabkan oleh pengalihan dana ke instrumen investasi lainnya.
Baca Juga: Suku Bunga Tinggi, Simpanan Nasabah Tajir di Perbankan Menggendut pada Tahun 2023
“Kalau untuk dana pemilu, harusnya hanya bergeser dari rekening ke rekening lain, jadi faktornya mereka menarik tabungannya untuk ditempatkan di instrumen investasi lainnya, dan juga dana pemerintah mereka investasi di obligasi pemerintah,” kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin kepada Kontan, Minggu (4/2).
Senada, Ekonom dan Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai perlambatan simpanan dana nasabah tajir disebabkan pemilihan penempatan dana mereka di instrumen lainnya.
“Mereka invest di produk selain bank yang memberikan untung atau yield yang lebih menarik,” kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News