kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Upaya Perbankan Menjaga Keuntungan Saat NIM Konsisten Turun


Jumat, 11 April 2025 / 19:24 WIB
Upaya Perbankan Menjaga Keuntungan Saat NIM Konsisten Turun
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019). Rasio Net Interest Margin (NIM), yang menjadi salah satu penentu profitabilitas perbankan konsisten menunjukkan penurunan.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya perbankan untuk menjaga profitabilitas pada tahun yang penuh gejolak ini tergolong sulit. Pasalnya, rasio Net Interest Margin (NIM), yang menjadi salah satu penentu profitabilitas perbankan konsisten menunjukkan penurunan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio NIM perbankan di Februari 2025 berada pada level 4,39%. Angka ini lebih rendah dari capaian pada posisi Desember 2024 di level 4,62% dan posisi Februari 2024 di level 4,49%.

Di sisi lain, mayoritas bank-bank raksasa di Indonesia yang masuk dalam KBMI 4 mengalami penurunan NIM secara bulanan. Di mana, rasio NIM-nya pun masih di bawah target mereka masing-masing.

Baca Juga: Upaya Bankir Jaga Cost Of Fund Saat Arah Suku Bunga Acuan dalam Ketidakpastian

Secara bulanan, NIM milik PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mengalami penurunan paling besar. NIM BCA di Februari 2025 sebesar 5,40% atau turun sebanyak 51 basis poin (bps) dari posisi Januari 2025.

Jika melihat dalam dua bulan pertama tahun ini, NIM BCA berada di level 5,67%. Angka tersebut masih di bawah target mereka yang ada di kisaran 5,7% hingga 5,8%.

Selanjutnya, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang juga mengalami penurunan NIM sebanyak 43 bps. Di mana, pada Februari 2025, NIM bank berlogo pita emas ini berada di level 3,99%.

Sementara itu, NIM Bank Mandiri dalam dua bulan awal 2025 sebesar 4,21%. Capaian itu juga masih jauh berada dari target mereka yang di kisaran 5% sampai 5,2%.

Baca Juga: Begini Strategi Perbankan Jaga Kualitas Kredit di Tengah Ketidakpastian Pasar

Tak mau kalah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga ikut mengalami penurunan NIM. Pada Februari 2025, NIM BNI berada di level 3,44% atau turun 27bps dari bulan sebelumnya.

Satu-satunya yang mengalami kenaikan NIM secara bulanan adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Di mana, BRI tercatat memiliki NIM sebesar 6,39% atau naik 24 bps dari bulan sebelumnya.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya pun juga menyoroti bahwa memang beberapa bank besar ini mengalami penurunan NIM. Bahkan, ia melihat tekanan itu masih berlanjut.

Di BMRI misalnya, ia melihat penurunan NIM disebabkan oleh kondisi likuiditas yang semakin ketat serta meningkatnya ketergantungan BMRI pada deposito berjangka dan dana giro. 

“Meskipun ada upaya penyesuaian kembali suku bunga pinjaman manfaatnya belum cukup untuk mengimbangi tekanan tersebut,” ujar Edward dikutip dari risetnya, Jumat (11/4).

Baca Juga: NIM Perbankan Mulai Menunjukkan Perbaikan di Kuartal III 2024

Lebih lanjut, ia juga menyoroti NIM BBRI yang mengalami peningkatan karena penurunan suku bunga deposito berjangka dan sumber pendanaan eksternal lainnya. Ia berpandangan itu bukan berarti BBRI terlepas dari bayang-bayang penurunan NIM.

Pasalnya, rasio dana murah yang dimiliki BBRI juga mengalami penurunan di Februari 2025 sekitar 64,9%. Sementara, pada bulan sebelumnya masih berada di level 66,1%.

“Perbaikan NIM ini kemungkinan hanya bersifat sementara karena bulan yang lebih pendek di Februari,” tambahnya.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn pun mengungkapkan NIM hanya merupakan salah satu komponen indikator profitabilitas. Di mana, ada faktor-faktor lain yang bisa menjaga laba bank.

“Belum memperhitungkan pendapatan non-bunga, biaya operasional perusahaan, dan biaya pencadangan kredit,” ujar Hera.

Lebih lanjut, Hera melihat pergerakan NIM ke depan akan sejalan dengan permintaan kredit di pasar, pergerakan suku bunga, dan kondisi likuiditas. Adapun, untuk kredit sendiri pun, ia menilai BCA masih memiliki pertumbuhan yang positif.

Baca Juga: Biaya Dana Tinggi Bikin Bank Sulit Jaga Margin

Sebagai gambaran, Per Februari 2025, penyaluran kredit bank swasta terbesar di tanah air ini secara bank only naik sebesar 14% secara tahunan (YoY). Nilai penyaluran kreditnya mencapa Rp 900,7 triliun.

“Kredi BCA tumbuh lebih tinggi dari rata-rata industri,” tambah Hera.

Sependapat, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae melihat kinerja bank pada periode Januari hingga Februari 2025 itu tercatat baik. Dalam hal ini, ia melihat rasio Return on Asset (ROA) yang menunjukkan profitabilitas tetap baik.

“Apabila dilihat dari profitabilitas bank juga relatif terjaga dengan ROA-nya sebesar 2,41%,” ujar Dian.

Ia menambahkan optimisme terhadap ekspektasi kinerja perbankan juga terlihat dari hasil survei orientasi bisnis perbankan yang melihat ada ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang terus berlanjut.

Baca Juga: Mayoritas Bank KBMI 4 Alami Penurunan NIM Secara Bulanan

Ditambah, adanya momentum bulan lebaran yang biasanya mendorong permintaan kredit dan aktivitas usaha masyarakat.

Hanya saja, Dian menilai masih ada tantangan yang tak terlepas dari industri perbankan untuk kinerja laba. Di mana, adanya kebijakan Presiden Trump seperti pengenaan tarif impor yang dapat menyebabkan inflasi.

“Ini bisa berdampak pada The Fed yang urung untuk mempercepat penurunan suku bunga,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×