Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk menargetkan capaian laba akhir tahun lebih dari Rp 24 triliun. Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengungkapkan, hal ini bisa tercapai dengan meningkatkan posisi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) dikisaran 90%.
Saat ini, posisi LDR bank dengan kode saham BBRI ini berada di level 85,29%. Untuk itu, BRI menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15%-17%.
"Mudah-mudahan pertumbuhan kredit bisa terkejar. Biasanya akhir tahun kredit yang besar seperti kredit kontraktor berkurang sedangkan kredit yang kecil seperti mikro, bertumbuh. Kredit kontraktor pada akhir tahun bisa drop (turun), tapi kredit ritel, konsumer dan mikro, bisa naik signifikan. Kami menargetkan laba di atas Rp 24 triliun," jelas Sofyan di Jakarta, Rabu (22/10).
Pada akhir tahun 2014, BRI menargetkan margin bunga bersih atau net interest margin di kisaran 8,78% atau sama dengan posisi NIM pada triwulan III-2014 ini. NIM BRI masih tetap kinclong, lantaran BRI melakukan ekspansi kredit pada segmen kredit yang dapat memberikan yield tinggi, yaitu kredit mikro.
Selain itu, perseroan juga melakukan penyesuaian terhadap tingkat bunga kredit. Menurut Sofyan, terdapat beberapa segmen kredit yang mengalami kenaikan, seperti kredit korporasi baik untuk BUMN maupun swasta dan juga kredit segmen menengah.
"Kenaikannya bervariasi antara 50 basis poin sampai dengan 1%," katanya.
Hal ini turut mendongkrak kenaikan NIM yang didapat oleh BRI, yang pada kuartal III-2013 hanya sebesar 8,25%. Menurut Sofyan, pada penyesuaian suku bunga kredit dilakukan setelah perseroan menaikkan tingkat suku bunga deposito.
"Pada waktu deposito naik, kami sesuaikan dengan kenaikan bunga kredit, meski tidak secara langsung. Tapi satu hal, bunga kredit mikro tidak pernah kami naikkan," katanya.
Selain itu, efektivitas capping atau batas atas besaran suku bunga deposito yang diarahkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) cukup membuat perbankan dapat bernafas lega. "Kami harap ini terus berlanjut karena dampaknya pada cost of fund cukup signifikan. Maka kami bisa adjustment di suku bunga kredit," ucap Sofyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News