Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Adapun Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk (NISP) Parwati Surdaudaja juga menyatakan hal senada. Alih-alih soal harga minyak, perseroan lebih khawatir perlambatan ekonomi berkepanjangan bakal mengganggu kredit.
“Dampak besar lebih mungkin terjadi dari perlambatan ekonomi berkepanjangan. Sejak akhir tahun lalu kami juga sudah mulai mewaspadai ini, dan akan tetap jadi fokus untuk tahun ini,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Siap hadapi corona, ini saham-saham jagoan Mirae Asset Sekuritas
Meski demikian, Parwati juga mengaku mulai terjadi peningkatan kredit macet di awal tahun ini menjadi kisaran 2%. Sedangkan akhir tahun lalu, kredit macet perseroan berada di level 1,72%.
Sementara Presiden Direktur PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Hariyono Tjahrijadi menjelaskan meskipun penurunan harga minyak sejatinya bakal mengurangi subsidi negara, namun industri keuangan diakui bakal kena dampak ketidakpastian.
“Ketidakpastian ekonomi akan merambah kemana-mana, termasuk industri perbankan. Soal dampak lebih lanjut butuh pengamatan lebih, dan ini akan sangat tergantung dari stimulus yang dikeluarkan pemerintah,” ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Duh, dana kelolaan reksadana melorot Rp 13 triliun di Februari gara-gara corona
Adapun pengaruh secara langsung diakui Hariyono tak akan besar, lantaran bank milik taipan Dato Sri Tahir ini mengaku tak memiliki eksposur ke segmen Migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News