kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank jumbo tak berminat konsolidasi


Kamis, 23 Januari 2020 / 19:35 WIB
Bank jumbo tak berminat konsolidasi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak akhir tahun lalu, Otoritas Jasa Keuangan mulai  menyempurnakan perangkat buat mendorong konsolidasi perbankan. 26 Desember 2019, terbit POJK 41/POJK.03/2019 soal skema konsolidasi diterbitkan. Perbaikan ketentuan kepemilikan tunggal alias single presence policy juga tengah disiapkan.

Paling dekat, akhir bulan ini, Otoritas dijadwalkan menerbitkan beleid peningkatan modal inti bank umum menjadi Rp 3 triliun pada 2022 atau pada 2024 khusus bagi bank daerah. Niatnya guna menyaring kemampuan bank agar tetap berdaya saing di tengah kompetisi yang makin sengit.

Baca Juga: Laba BRI (BBRI) tembus Rp 34,4 triliun di 2019, naik 6,15%

Jika pada tenggat ketentuan tak dapat ditaati, sanksi berat mulai dari pembatasan kegiatan perbankan hingga penurunan kelas menjadi bank perkreditan rakyat (BPR) telah menanti. 

Jika masih mau bertahan, namun tak punya kemampuan menambah modal, opsi yang tersisa cuma jual perusahaan ke investor anyar. Apalagi kabarnya ketentuan peningkatan modal ini bakal dikecualikan jika bank cilik di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1, dan BUKU 2 diakuisisi oleh bank gede di kelas BUKU 4

“Kalau bank kecil diambili bank besar dan dikonsolidasikan. Artinya jika ada masalah, bank besar yang besar yang akan menanganinya,” kata Kepala Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana November lalu.

Aksi menjajakan diri ke investor tak mudah, sebab jumlah bank bermodal cekak ini jumlahnya lebih besar dari bank yang berkemampuan melakukan akuisisi.

Baca Juga: BI: Sudah ada 1,2 juta merchant yang gunakan QRIS

Dari total 110 bank Per September 2019, tercatat 69 bank bermodal cekak di bawah Rp 3 triliun, 17 bank diantaranya bahkan modalnya kembang kempis di bawah Rp 1 triliun. Sementara yang bermodal di atas Rp 10 triliun cuma ada 16 bank, sedangkan BUKU 4 yang punya modal di atas Rp 30 triliun ada 6 bank.

Sejak tahun lalu pula, sejumlah bank kecil mulai menyiapkan aksi penambahan modal. Tahun ini, aksi serupa juga masih semarak. Meski demikian, tak bank kecil yang meskipun berencana tambah modal juga membuka pintu untuk investor baru.

“Untuk memenuhi ketentuan modal Rp 3 triliun ini cukup berat, harus undang investor baru atau merger dengan bank lain. Pemegang saham kami secara finansial punya kemampuan, masalah mau atau tidak?” kata Direktur Utama PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) Denny Novisar Mahmuradi kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1)

Bank bermodal inti Rp 904 miliar per September 2019 ini sejak awal tahun lalu memang telah getol tambah modal dengan kedatangan investor anyar PT Akulaku Silver Indonesia. Tahun ini, perusahaan juga bakal melanjutkan aksi penambahan moda dengan menerbitkan paling banyak 3 miliar saham anyar untuk menghimpun dana Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar.

Meskipun bank cilik membuka lebar kesempatan, sayangnya sejumlah bank jumbo memastikan tak bakal mencaplok bank cilik. Setidaknya tahun ini. Tantangan perbaikan kinerja, dan proyeksi masih lemahnya permintaan kredit jadi alasan.

Baca Juga: Citibank ramal ekonomi Indonesia membaik tahun ini

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso bank terbesar di tanah air ini tak punya rencana untuk membeli bank. Ia bilang saat ini lini bisnis jasa keuangan BRI Group sudah lengkap.

“Tak ada rencana akuisisi, kami sudah memiliki semua lini perusahaan keuangan. Ke depan kami hanya akan fokus menambah modal entitas anak,” katanya saat paparan kinerja 2019, Kamis (23/1) di Jakarta.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiatmadja juga memastikan hal serupa. Maklum, tahun lalu bank swasta terbesar di tanah air ini sudah borong dua BUKU 1: PT Bank Royal Indonesia yang bakal ditransformasikan jadi bank digital, dan PT Rabobank Internasional Indonesia yang gulung tikar.

“Tahun ini kita fokus beresin dulu yang sudah akusiisi kemarin. Bank Royal kita mau suntik modal untuk jadi BUKU 2 biar bisa jadi bank digital. Sedangkan Rabobank nanti akan kita merger dengan salah satu entitas anak BCA,” katanya pekan lalu di Jakarta.

Baca Juga: Saham BBRI sentuh rekor tertinggi sepanjang masa, simak rekomendasi analis

BCA menggelontorkan Rp 1,38 triliun untuk mengakuisisi dua bank tersebut. Rp 988 miliar untuk membeli Bank Royal, dan Rp 397 miliar untuk mengusai Rabobank Indonesia. Adapun untuk penambahan modal Bank Royal tahun ini, perseroan bakal siapkan dana Rp 1 triliun.

BUKU 4 lainnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) justru mengaku masih membuka opsi untuk mencaplok bank cilik. Sebagaimana target perseroan untuk mengakuisisi bank dan asuransi yang tercantum dalam rencana bisnis perseroan tahun lalu.

Meskipun Wakil Direktur BNI Herry Sidharta mengaku aksi tersebut sulit terwujud tahun ini. Padahal bank berlogo angka 46 ini sejatinya telah mengkaji potensi akusisi terhadap 3 bank alit.

“Sudah ada beberapa calon, tapi dalam kondisi likuiditas yang ketat kami fokus ke internal dulu, Ini juga agak sulit, karena setelah dilakukan perhitungan masih belum memenuhi syarat kami. Kalau ada yang memenuhi syarat, kemungkinan akuisisi tetap terbuka," katanya Rabu (22/1) di Jakarta.

Baca Juga: BI melihat ada prospek pemulihan ekonomi global pada tahun 2020

Herry menambahkan, pihaknya punya kriteria bank kecil yang potensial diakusisi. Salah satunya bank tersebut mesti punya return of equity (RoE) di atas 14% yang merupakan rasio perseroan Desember 2019 lalu.

Selain soal fokus internal, rencana akuisisi BNI tak bisa dilakukan segera sebab, sebagai bank pelat merah perseroan kini tengah menghadapi moratorium pendirian anak perusahaan atau perusahaan patungan melalui Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara SK-315/MBU/12/2019 12 Desember 2019 lalu.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai bank besar memang tak perlu tergesa-gesa jika berencana melakukan akuisisi bank cilik. Sebaliknya, bagi bank kecil sekarang adalah waktu yang tepat cari investor.

“Konsekuensinya, nilai bank kecil makin turun kalau tidak mau konsolidasi. Kalau sekarang, nilai masih tinggi, kalau sudah mau tenggat, pasti jatuh harganya,” katanya.

Baca Juga: BI tahan suku bunga acuan 5%, ini emiten properti yang sahamnya naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×