Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menambah modal dengan mengundang investor memantik penasaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), khususnya Komisi XI.
Kemarin (11/4), di hadapan anggota parlemen, manajemen bank syariah pertama di Indonesia ini terang-terangkan mengaku butuh tambahan modal untuk ekspansi. "Ini menjadi tantangan utama Bank Muamalat saat ini," ujar Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K.Permana.
Dalam empat tahun terakhir, modal Bank Muamalat tak mampu bertambah signifikan, utamanya dari suntikan pemegang saham. Ini pula yang membuat pertumbuhan bisnis Bank Muamalah stagnan.
Salah satu dampaknya adalah aset Bank Muamalat dalam beberapa tahun terakhir hanya berkisar Rp 55 triliun hingga Rp 60 triliun. Akhir tahun lalu, aset Bank Muamalat tercatat Rp 61,69 triliun atau naik 10,59%.
Hitungan Permana, Bank Muamalat membutuhkan tambahan modal Rp 4,5 triliun untuk menjaga stabilitas keuangan. Dana ini dibutuhkan untuk rencana ekspansi selama tiga tahun ke depan serta membereskan rasio pembiayaan bermasalah alias non performing financing (NPF).
Dengan asumsi penambahan modal Rp 4,5 triliun, pertumbuhan pembiayaan Muamalayt bisa mencapai 8% di 2018. "Kami akan mendorong sektor yang Islami seperti haji, umrah, kesehatan dan pendidikan," kata dia. Harapannya, NPF bisa ditekan hingga sebesar 3,2%.
Salah satu cara mencari investor untuk menambah modal. Menurut Permana, sejumlah investor asing dan lokal berminat masuk. seperti dari Singapura, Malaysia, Hong Kong hingga Timur Tengah
Tapi Bank Muamalat memprioritaskan investor dari dalam negeri. "Jika boleh memilih, kami usul Pemerintah Indonesia bisa memiliki saham Bank Mualamat," ujar Permana.
Menurut Permana, saat inimerupakan momentum tepat bagi pemerintah mempertimbangkan usulan itu. Apalagi, cikal bakal Bank Muamalat didirikan cendekiawan serta Pemerintah Indonesia serta harga saham Muamalat juga murah. Beberapa skema dapat diambil bila pemerintah berniat untuk mencaplok saham Bank Muamalat. "Bisa melalui bank BUMN, lembaga keuangan lain secara langsung melalui rights issue," ujar dia.
Kepala Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, OJK membuka peluang seluruh calon investor untuk memiliki saham Bank Muamalat, termasuk bank BUMN. "Semua opsi itu bisa muncul, tapi belum ada surat yang masuk ke OJK, kami bisa ngomong apa, " ujar Wimboh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News