Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank BCA Syariah sebelumnya pernah disebut-sebut berpeluang diakuisisi oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).Selain BCA Syariah, PT Bank Mega Syariah juga pernah disebut-sebut masuk dalam radar akuisisi BRIS.
Pembahasan terkait peluang akuisisi yang terbuka tersebut sempat disebut oleh Investor Relations Group Head BSI Rizky Budinanda saat acara Emiten Corner bersama BSI pada akhir Februari lalu.
Saat disinggung terkait isu tersebut, manajemen BCA Syariah maupun Bank Mega Syariah masih menampik untuk membuka peluang akuisisi maupun merger dengan bank syariah lainnya.
Baca Juga: BRIS Masih Diunggulkan, Simak Rekomendasi Saham Emiten Syariah
Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan, sebagai entitas anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BCA), pihaknya belum ada rencana untuk melakukan merger di tahun ini maupun tahun yang akan datang.
"Aksi akuisisi dan merger bukan hal baru untuk BCA Syariah karena sebelum menjadi saat ini kami sudah melakukan beberapa kali merger, tapi terkait pernyataan BSI tersebut untuk saat ini dan ke depannya belum ada wacana untuk melakukan merger lagi," kata Yuli kepada Kontan saat ditemui di Jakarta, Selasa (5/3).
Asal tahu saja, BCA syariah merupakan hasil konversi dari akuisisi entitas induknya BCA di tahun 2009 terhadap PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB).
Baca Juga: Ini Jurus BNI Mengantisipasi Risiko Jelang Berakhirnya Restrukturisasi Covid-19
Lebih lanjut Yuli mengatakan di tengah kepemimpinannya saat ini, pihaknya akan lebih fokus untuk pengembangan bisnis, termasuk terkait inovasi yang terus dilakukan dalam layanan digital banking seperti mobile banking.
"Kami akan lakukan bertahap untuk pengembangan fitur-fitur mobile banking BCA Syariah," kata Yuli.
Untuk diketahui BCA Syariah saat ini memiliki total aset sebesar Rp 14,5 triliun, atau naik 14,2% YoY pada tahun 2023. Pertumbuhan aset tersebut sejalan dengan naiknya penyaluran pembiayaan 18,8% YoY menjadi Rp 9 triliun, dan DPK tumbuh 15,5% YoY menjadi Rp10,9 triliun.
Sementara itu Corporate Secretary Bank Mega Syariah Hanie Dewita juga ikut memberikan respons terkait pernyataan BSI tersebut, dimana dia bilang Bank Mega saat ini belum ada rencana untuk melakukan merger.
Baca Juga: Sejumlah Bank Syariah Catat Penurunan NPF Jelang Berakhirnya Restrukturisasi Covid-19
"Kami belum ada rencana membuka peluang merger dengan bank syariah lainnya, kami masih tetap fokus melakukan pengembangan bisnis yang ada melalui strategi ritel, cross selling, dan digitalisasi," kata Hanie kepada Kontan belum lama ini.
Bank Mega Syariah sendiri belum merilis laporan keuangannya untuk tahun buku 2023, namun per Januari 2024, bank ini mencatat total aset sebesar Rp14,6 triliun.
Di sisi lain, saat ditanya terkait dengan kriteria aset bank syariah incaran BSI yang ingin diakuisisi nantinya, Direktur Keuangan dan Strategi BSI,Ade Cahyo Nugroho enggan memberikan komentar terkait hal tersebut.
Baca Juga: Mengintip Besaran Dividen dari Bank-Bank yang Labanya Kian Tambun
"Kami belum ada pembicaraan terkait hal tersebut, semua tergantung Kementerian BUMN," kata Cahyo saat ditemui Kontan belum lama ini.
Melihat hal tersebut, nampaknya BSI masih belum mengambil serius untuk langkah merger dengan bank syariah lainnya. Maklum saja, BSI sampai saat ini masih menjadi bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia, yakni mencapai Rp 346,44 triliun per Januari 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News