Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan menyambut baik aksi Bank Indonesia melonggarkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM). Meski demikian sejumlah bankir mengaku hal ini tak akan serta merta membuat ekspansi kredit terdongkrak tinggi.
Senin (2/3) Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan GWM berdenominasi Rupiah 50 bps menjadi 5%, dan GWM valuta asing dari 8% menjadi 4%.
Baca Juga: Turunkan GWM valas, ini jurus BI lainnya memitigasi risiko virus corona
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja. misalnya menyambut baik aksi bank sentral tersebut. Ia bilang pelonggaran GWM terutama valas bakal bikin likuiditas perseroan makin melimpah.
“Untuk likuiditas Valas, pelonggaran GWM sangat baik, ada tambahan pasokan likuiditas. Saat ini likuiditas valas kami juga masih sangat besar di kisaran 50%-60%,” katanya kepada Kontan.co.id.
Hingga Januari 2020, bank swasta terbesar di Tanah Air ini tercatat telah menyalurkan kredit Rp 573,08 triliun dengan pertumbuhan 8,95% (yoy), dan menghimpun dana pihak ketiga Rp 692,44 triliun dengan pertumbuhan 10,75% (yoy).
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo juga menyatakan hal senada. Ia memprediksi pelonggaran ini setidaknya bakal menambah likuiditas baik valas maupun rupiah masing-masing hingga Rp 5 triliun.
Baca Juga: Kementerian BUMN akan cicil pembayaran polis saving plan Jiwasraya, ini kata nasabah
“Pelonggaran GWM artinya mengembalikan likuiditas ke perbankan. Untuk BRI likuiditas rupiah diprediksi bakal bertambah Rp 4 triliun, sementara likuiditas valas akan bertambah Rp 5 triliun,” katanya kepada Kontan.co.id.
Adapun per Januari 2020, bank terbesar di tanah air ini telah menyalurkan kredit Rp 849,70 triliun dengan pertumbuhan 7,78% (yoy) dan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) Rp 939,80 triliun dengan pertumbuhan 10,17% (yoy).