kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Biaya Dana Mahal dan Berebut Debitur Sektor Protensial Jadi Tantangan Bank Tahun Ini


Kamis, 29 Februari 2024 / 14:46 WIB
Biaya Dana Mahal dan Berebut Debitur Sektor Protensial Jadi Tantangan Bank Tahun Ini
ILUSTRASI. Perbankan pada tahun ini masih menghadapi tantangan mahalnya biaya dana atau cost of fund. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan pada tahun ini masih menghadapi tantangan mahalnya biaya dana atau cost of fund (CoF) di tengah suku bunga acuan yang berada di level 6%.

Wakil Direktur Bank Mandiri Alexandra Askandar menyebut mahalnya biaya dana membuat bank berebut untuk menjaring dana murah. Meskipun dia menilai saat ini deretan bank di Kelompok Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV secara likuiditas masih longgar dan memadai.

Di sisi lain Alexandra melihat tantangan lain yang dihadapi perbankan selain berebut dana murah dari simpanan nasabah, juga berebut debitur, dimana dengan suku bunga tinggi membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, dan lebih memilih sektor-sektor prospektif dan potensial yang memiliki bisnis yang sustain.

Baca Juga: Sejumlah Bank KBMI 3 Cetak Kinerja Moncer pada Tahun 2023, Cek Rekomendasi Sahamnya

Belum lagi terkait dengan perusahaan yang lebih memilih menggunakan dana sendiri dalam melakukan ekspansi dan operasional bisnisnya ketimbang minjam di perbankan.

"Kami melihat hal ini sebenarnya tidak semata-mata karena ada sesuatu yang dikhawatirkan karena pemulihan ekonomi, deposan mulai gunakan dananya untuk konsumsi dan investasi," kata dia di Jakarta, Kamis (29/2).

Bank Mandiri sendiri memiliki fokus bisnis di segmen wholesale banking yang mana menyasar kredit segmen korporasi. Alhasil ini juga menjadi tantangan bagi perseroan untuk menyalurkan kreditnya bersaing dengan bank lainnya yang juga cenderung mengejar sektor yang masih prospektif dan tangguh.

"Bank saat ini fokusnya ke sektor tertentu atau grup nasabah tertentu," kata dia.

Bank Mandiri sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13% sampai 15% pada tahun ini. 

Baca Juga: BRI Realokasi Surat Berharga Ke Instrumen yang Lebih Likuid Demi Jaga Likuiditas

"Ini artinya Bank Mandiri harus ekspansi. Core bisnis kami di wholesale banking tapi juga mengejar ritel banking termasuk KPR. Beberapa hal yang kami lakukan, pertama dari sisi bisnis kami terus menjaga kecepatan deliver kredit," kata dia.

Selanjutnya Alexandra menyebut pihaknya akan terus berusaha pro aktif dengan tidak menunggu namun menjemput bola dengan hadir di developer dan konsumen. 

"Sekarang BMRI sudah punya supper app livin. Kami tak hanya menyediakan transaksi payment trasfer tapi loan offering berdasarkan data nasabah kita bisa melakukan analisa dan kami menyediakan pre approve loan offering. Hal ini mudah-mudahan menjawab terkait dengan kecepatan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×