Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya kuliah yang tinggi baru-baru ini menjadi sorotan publik dan sempat menuai aksi protes dari para mahasiswa di Indonesia. Untuk mencari dana guna membayar uang kuliah, tak menutup kemungkinan mahasiswa berpotensi meminjam di fintech peer to peer (P2P) lending.
Mengenai hal itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai masih cukup dini melihat dampak dari adanya kenaikan biaya kuliah terhadap kinerja fintech P2P lending sektor pendidikan.
"Sebab, kebijakan kenaikan UKT juga masih baru," ungkapnya kepada Kontan, Senin (20/5).
Meskipun demikian, Andrisyah menerangkan prospek penyaluran fintech P2P lending pendidikan pada masa depan masih terlihat cerah.
Baca Juga: Data Fintech Lending Bakal Masuk SLIK, Begini Kata BantuSaku
Sebab, dia bilang adanya kebutuhan pendanaan pendidikan terus meningkat, penetrasi internet yang makin luas, dan perkembangan inovasi teknologi fintech yang mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melayani peminjam.
"Secara keseluruhan, prospek penyaluran fintech P2P lending pendidikan pada masa depan masih terlihat positif. Namun, fintech P2P lending pendidikan perlu terus berinovasi dan meningkatkan layanannya agar dapat bersaing di pasar yang makin ketat," katanya.
Berdasarkan data OJK, hingga Maret 2024, outstanding pinjaman fintech P2P lending tercatat sebesar Rp 62,16 triliun. Adapun penyaluran di sektor pendidikan sebesar Rp 11,38 miliar per Maret 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News