kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BNI akan Fokus Benahi Kredit Segmen Menengah


Rabu, 28 Juli 2010 / 07:15 WIB
BNI akan Fokus Benahi Kredit Segmen Menengah


Reporter: Andri Indradie | Editor: Test Test

JAKARTA. Tahun ini, Bank BNI serius membenahi kredit di segmen kelas menengah. Maklum, per Juni 2010 angka kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) BNI di segmen ini mencapai 8,5%.

Segmen usaha menengah menurut kriteria BNI adalah debitur yang menerima fasilitas kredit Rp 10 miliar- Rp 150 miliar. Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo menerangkan, segmen ini menyumbang sekitar 25% dari total NPL yang mencapai Rp 5,43 triliun. Artinya, kredit bermasalah dari segmen menengah ini Rp 1,36 triliun.

Gatot mengatakan, NPL di segmen menengah pada semester I-2010 turun dibanding semester I-2009 sebesar 9,5% dan semester I-2008 sebesar 10,7%. "Fokus di segmen menengah penting karena segmen ini masih menyumbang NPL tertinggi di antara segmen lainnya," ujar Gatot, Selasa (27/7).

Beberapa tahun lalu, penyaluran kredit BNI di segmen ini sangat tinggi, rata-rata mencapai Rp 20 triliun - Rp 30 triliun per tahun. Nah, penyaluran kredit nan tinggi itu tidak dibarengi seleksi yang ketat. Boleh dibilang, BNI meloloskan sebagian besar permohonan pengajuan kredit debitur. "Akhirnya, pengawasannya kacau dan akhirnya ke NPL," jelas Gatot.

Untuk menekan NPL, BNI menyiapkan beberapa solusi. Pertama, menempatkan sejumlah ekonom ahli di 12 wilayah bisnis BNI. Mereka bertugas memberi masukan mengenai peta industri, potensi daerah, dan pangsa pasar industri, khususnya di segmen menengah. Kedua, di sisi neraca BNI akan mempertahankan beberapa nasabah bermasalah. "Kalau yang macet, ya, kami write off," imbuh Gatot.

Per Juni 2010, BNI telah melakukan hapus buku hingga Rp 2,12 triliun. Dari hapus buku tersebut, BNI memperoleh pengembalian(recovery) sekitar Rp 849 miliar.
Sepanjang 2008, BNI telah mengahapusbukukan Rp 4,25 triliun dan tahun 2009 Rp 3,33 triliun. Di 2008 dan 2009, nilai tagihan yang berhasil ditarik masing-masing Rp 750 miliar dan Rp 893 miliar.

Target kredit

Tahun ini, BNI juga merevisi target pertumbuhan kredit dari 18% menjadi 14%. BNI melakukan revisi setelah melihat rasio kecukupan modal (CAR) saat ini sebesar 13,3%.

Per Juni 2010, kredit BNI mencapai Rp 126,23 triliun atau hanya tumbuh 5% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 119,86 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) BNI Rp 184,2 triliun, dan LDR-nya sebesar 68,2%.

Akhir tahun ini, BNI akan menerbitkan saham baru (rights issue) Rp 6 triliun - Rp 7 triliun untuk memperkuat permodalan. "Jika rights issue berhasil, CAR bisa di kisaran 15%-16%," tegasnya.

Jika hajatan ini gagal, kata Gatot, BNI tak memiliki rencana cadangan selain mempertahankan net interest income (NIM) dan mengurangi dividen. Laba bersih BNI per Juni 2010 Rp 1,93 triliun, naik 61% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,20 triliun. Total pendapatan BNI tumbuh sekitar 20% dari Rp 7,69 triliun menjadi Rp 9,25 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×