kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.324   22,00   0,13%
  • IDX 6.759   -44,34   -0,65%
  • KOMPAS100 997   -8,40   -0,83%
  • LQ45 770   -6,28   -0,81%
  • ISSI 212   -0,45   -0,21%
  • IDX30 399   -3,02   -0,75%
  • IDXHIDIV20 482   -1,89   -0,39%
  • IDX80 113   -0,92   -0,81%
  • IDXV30 118   -0,11   -0,10%
  • IDXQ30 131   -0,89   -0,68%

Bunga kredit di Indonesia paling tinggi dibanding negara tetangga, ini penyebabnya


Selasa, 10 November 2020 / 10:10 WIB
Bunga kredit di Indonesia paling tinggi dibanding negara tetangga, ini penyebabnya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah berangsur turun, ditambah tren biaya dana (cost of fund/CoF) yang melandai, tingkat bunga kredit perbankan di Indonesia masih terbilang tinggi. 

Merujuk pada data yang dihimpun Ceicdata misalnya, per September 2020 akhir, rata-rata bank prime lending rate di Indonesia sebesar 9,37%. 

Angka itu sebenarnya turun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yaitu 9,38%. Menandakan kalau laju bunga kredit saat ini memang terus melandai. Hanya saja, kalau dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia bisa jadi punya tingkat bunga kredit yang paling tinggi. 

Ambil contoh, prime lending rate Malaysia per Agustus 2020 lalu sebesar 3,64%. Lalu ada Singapura yang per Oktober 2020 sebesar 3,64% kemudian Thailand 5,41% akhir September 2020 lalu. 

Menurut beberapa ekonom yang dihubungi Kontan.co.id, ada banyak faktor yang membuat tingkat bunga kredit di Tanah Air terbilang tinggi. 

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, salah satu pengaruhnya adalah masih tingginya beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) di Indonesia yang secara relatif masih lebih tinggi dibandingkan negara tetangga. 

Baca Juga: Biaya operasional (BOPO) kembali menanjak, begini strategi perbankan

"Tingginya BOPO di Indonesia diartikan sebagai masih belum efisiennya perbankan di Indonesia, sehingga bank masih harus menetapkan suku bunga tinggi untuk mengompensasi tingginya biaya operasional," kata Josua, Senin (9/11). 

Di sisi lain, kata Josua, masih tingginya suku bunga BI tidak dapat terhindarkan seiring dengan masih dibutuhkannya dana aliran asing ke Indonesia untuk membantu stabilitas nilai tukar rupiah. 

Sebagai informasi saja, saat ini suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) ada pada posisi stabil 4% sejak pertengahan Juli 2020. 

Tapi kabar baiknya, tren BOPO perbankan saat ini terus melandai, dan membantu mendukung penurunan suku bunga kredit. Ini artinya, tren penurunan suku bunga kredit menurut Josua bakalan terus berlanjut. 

"Dibutuhkan peningkatan efisiensi perbankan sebagai salah satu motor pendorong penurunan suku bunga lebih rendah lagi," terangnya.



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×