kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

CAR Industri Naik, Perbankan Jaga Kecukupan Modal


Selasa, 28 Oktober 2025 / 17:38 WIB
CAR Industri Naik, Perbankan Jaga Kecukupan Modal
ILUSTRASI. Transaksi ATM: Warga menggunakan ATM untuk bertransaksi di Depok, Jawa Barat, Kamis (9/5/2024). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada kuartal I 2024, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM mengalami penurunan sebesar 3,8% yoy sehingga mencapai Rp1.831,77 triliun. KONTAN/Baihaki/9/5/2024


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan di tanah air memastikan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) kuat dan mampu mendukung ekspansi bisnis mereka. 

Data terbaru Bank Indonesia (BI) mencatat permodalan masih terjaga pada level tinggi. Hal ini tecermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan secara industri pada Agustus 2025 yang meningkat menjadi sebesar 26,03%.

Pada bulan sebelumnya, Juli 2025, rasio kecukupah modal dicatat BI lebih rendah, yakni sebesar 25,88% kemudian pada Juni 2025 rasio kecukulan modal di level 25,81%.

Asal tahu saja, di Indonesia sendiri batas minimum CAR yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebesar 8%.

Baca Juga: Ini Sektor Yang Bisa Didorong Agar Kredit Perbankan Tumbuh Kencang

Dengan rasio kecukupan modal yang meningkat, artinya kemampuan industri perbankan tanah air dalam menanggung risiko kerugian dari aset-aset yang dimiliki pun makin besar.

Kondisi ini ternyata diamini pula oleh sejumlah perbankan. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) misalnya. Presiden Direktur dari CIMB Niaga Lani Darmawan bilang bahwa CAR di level yang baik, yakni 24,7% pada bulan September 2025.

Dengan kondisi ini, Lani bilang CAR bukan menjadi isu atau hambatan Bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur.

"CAR CIMB Niaga sangat baik, di level 24,7%. CAR tidak menjadi issue untuk penyaluran kredit di industri dan juga di CIMB Niaga," ujar Lani kepada Kontan, Jumat (24/10/2025).

Lani memproyeksi rasio kecukupan modal (CAR) CIMB Niaga akan bertahan di kisaran 24% hingga akhir tahun 2025.

Kondisi yang sama juga dialami oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Dicatat rasio kecukupan modal BCA memadai, sebesar 29,9% pada sembilan bulan pertama tahun 2025.

Baca Juga: Transformasi Digital Dorong Lonjakan Transaksi Superapp Perbankan

(EVP) Corporate Communications & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn memandang posisi permodalan BCA saat ini memadai untuk mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul, serta menopang aktivitas usaha dan pengembangan bisnis secara berkelanjutan ke depannya.

"Ke depannya, kami terus memantau perkembangan pasar dan regulasi untuk memastikan posisi permodalan tetap terjaga pada level yang memadai," ujar Hera

Di sisi lain, bank-bank bermodal kecil juga memastikan kecukupan modal untuk mendukung bisnisnya pada tahun 2025.

Sebagai contoh, PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) mencatat CAR mengalami penurunan. Kendati demikian, Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah bilang bahwa CAR OK Bank berada di level yang kuat.

"CAR suatu bank bisa dianggap sudah cukup kuat jika di atas 15%. CAR OK Bank 44,78% pada September 2025," ujar Efdinal.

Pada akhir tahun 2024, CAR OK Bank tercatat sebesar 46,83%. Namun kemudian terus mengalami tren penurunan menjadi 44,72%, 44,59%, dan 44,78% pada bulan Juli, Agustus, dan September 2025 secara berurutan. 

Baca Juga: DPK Perbankan Melambat, Dana Nasabah Mulai Mengalir ke Emas dan Aset Digital

Berdasarkan proyeksi, Efdinal menyebut CAR OK Bank pada akhir tahun 2025 diperkirakan di kisaran 43,88%.

Terakhir, ada PT Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Bank BPD DIY) juga menekankan kualitas CAR yang di level baik.

Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah Bank BPD DIY Raden Agus Trimurjanto mencatat posisi CAR per September 2025 di level 39,2%.

"Alhamdulillah para shareholder kami Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, tetap komitmen memenuhi komposisi modal Bank," beber Agus.

Meski demikian, melihat realisasi kredit sampai dengan Desember 2025, Agus memperkirakan CAR BPD DIY akan menurun, yakni pada posisi 34,6% pada akhir tahun.

Advisor Banking & Finance Development Center Moch Amin Nurdin menyampaikan bahwa kenaikan CAR perbankan secara industri ini akan memberikan dampak yang bagus bagi penyaluran kredit, karena perbankan secara umum memiliki kondisi yang sehat dan punya buffer kuat untuk menyalurkan kredit.

Namun, hal-hal yang perlu dicermati ialah faktor pembilang dalam perhitungan CAR, yang mana aset tertimbang menurut risiko terlihat masih memiliki risiko yang cukup tinggi hingga akhir tahun.

“Tetapi hal yang perlu dicermati adalah faktor pembilang dalam perhitungan CAR, di mana ada aset tertimbang menurut risiko, dan saya melihat risiko masih cukup tinggi dalam kondisi saat ini dan sampai akhir 2025,” ujar Amin kepada Kontan, Selasa (28/10/2025).

Amin menyampaikan bahwa faktor penyebab kenaikan CAR perbankan di antaranya ialah efisiensi yang menyebabkan penurunan BOPO, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang rendah sehingga penyaluran kredit bank selaras dengan pertumbuhan DPK, pertumbuhan DPK dan kredit, leverage ratio yang rendah, serta peningkatan Return on Equity (ROE).

“Jika poin-poin di atas meningkat, akan ada kecenderungan CAR juga mengalami tren peningkatan di akhir tahun,” ujar Amin.

Baca Juga: Hati-Hati, Risiko Kredit Macet di Perbankan Tetap Tinggi

Selanjutnya: IMEDIC 2025 Tegaskan Penguatan Biosekuriti Indonesia

Menarik Dibaca: Apakah Cumi Mengandung Kolesterol atau Tidak? Ini Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×