Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesuai dengan tren kebutuhan likuiditas, dana perbankan yang diparkir di Bank Indonesia (BI) melambat di kuartal IV 2019 lalu. Menurut data OJK, per Oktober 2019 total dana bank di BI mencapai Rp 677,41 triliun, hanya meningkat 4,45% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejumlah bankir menyebut hal tersebut memang wajar, lantaran kebutuhan likuiditas menjelang akhir tahun cukup tinggi. Salah satunya seperti kebutuhan uang tunai menyambut libur natal dan tahun baru serta keperluan ekspansi kredit di penghujung tahun.
Baca Juga: OJK berniat naikan modal minimum multifinance, ini kata APPI
VP Interest Rate Trading PT Bank Mandiri Tbk Aries Syamsul Arifin bilang dana di BI memang bersifat likuid artinya bisa dicairkan bila ada kebutuhan. "Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akhir tahun, salah satunya dengan menggunakan uang yang disimpan di BI," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (13/1).
Namun, tentunya di awal tahun permintaan kredit di bank belum terlalu besar. Artinya, tak menutup kemungkinan dana-dana tersebut akan kembali ke struktur pendanaan seperti di Bank Indonesia. "Pastinya di awal tahun, uang di perbankan sudah bertambah lagi," lanjutnya.
Tren tersebut memang terus berlanjut tiap tahun. Namun, menurutnya bila perbankan sudah punya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya, maka tak perlu menarik dana di BI ataupun instrumen lainnya.
Selain itu, guna memperbaiki kinerja di akhir tahun, perbankan biasanya akan lebih ekspansif memberikan kredit dibanding bulan-bulan lainnya.
Adapun, merujuk laporan keuangan perseroan, per November 2019 ada sebanyak Rp 90,02 triliun dana Bank Mandiri yang ditempatkan di BI. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 82,43 triliun atau naik 9,2% yoy.
Baca Juga: Banyak kasus, Dewan Asuransi Indonesia desak pembentukan Lembaga Penjamin Polis
Sementara itu, total kredit Bank Mandiri di bulan November 2019 mencapai Rp 747,4 triliun tumbuh 9,09% secara tahunan.
Senada, Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Muhammad Asadi Budiman bilang penempatan dana di BI disebabkan oleh kebutuhan likuiditas. Utamanya, dana tersebut sengaja ditarik bank untuk mempersiapkan ekspansi kredit di awal tahun 2020.
Artinya, bila dana tersebut sudah dioptimalkan maka perseroan akan secara bertahap menempatkan likuiditasnya kembali ke bank sentral. Hal ini juga terlihat pada laporan keuangan bulan November 2019 Bank BJB.
Pada laporan keuangan tersebut, penempatan dana perseroan di BI menurun menjadi hanya sebesar Rp 10,33 triliun dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 13,07 triliun alias susut 20,94% secara yoy.
Dampaknya terbilang positif, kredit Bank BJB berhasil tumbuh pada November 2019 sebesar 11,03% yoy menjadi Rp 81,73 triliun.
Serupa dengan Bank BJB, Direktur Bisnis PT Bank Mayapada Internasional Tbk Andreas Wiryanto mengungkap bahwa pada penghujung tahun, memang terdapat penurunan penempatan dana di BI.
Baca Juga: BTN fokus menjaga kualitas aset di tahun ini
"Hal ini ditujukan untuk kredit, yang didukung peningkatan modal melalui penerbitan saham," ujarnya.
Sebagai informasi saja, rasio permodalan Bank Mayapada atau Capital Adequacy Ratio (CAR) ada di level 16,86%. Sementara dari sisi likuiditas, rasio intermediasi makroprudensial (RIM) perseroan juga relatif stabil di posisi 93,34% pada Desember 2019 lalu.
Andreas melanjutkan, perbankan kemungkinan bakal mengurangi porsi penempatan dana di BI tahun ini. Pasalnya, per Januari 2020 penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh BI efektif turun 50 bps menjadi 5,5%.
"Artinya giro BI akan menurun, dan likuiditas perbankan akan melonggar. Sehingga ada tambahan ruang penyaluran kredit bagi bank," tuturnya.
Namun, sama seperti bank pada umumnya. Pada kuartal I 2020 Bank Mayapada masih lebih memilah pemberian kredit. Alhasil, pertumbuhan kredit pun hanya diprediksi moderat.
Baca Juga: BCA jajaki kerjasama dengan WeChat Pay dan Alipay
Di sisi lain, untuk menjaga ekses dana, beberapa akan dimasukkan pada penempatan jangka pendek yang minim risiko seperti term deposito, reverse repo, sertifikat BI dan surat berharga negara (SBN).
Sebagai tambahan, total dana Bank Mayapada yang ditempatkan di BI per Desember 2019 lalu mencapai Rp 7,66 triliun. Angka tersebut menurun dari periode tahun sebelumnya yang mencapai Rp 11,67 triliun atau turun 34,3% secara yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News