kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Data devisa ekspor belum sinkron


Rabu, 03 Oktober 2012 / 14:26 WIB
Data devisa ekspor belum sinkron
ILUSTRASI. Secara nasional terjadi penurunan jumlah kasus mingguan sebanyak 5% dibandingkan minggu sebelumnya.


Reporter: Nina Dwiantika |

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mewajibkan eksportir mengirim hasil penjualan mereka ke perbankan dalam negeri. Bagi perbankan, aturan ini berpotensi meningkatkan likuiditas valuta asing (valas) dan pendapatan komisi atau fee based income. Namun, aturan yang meluncur awal tahun 2012 itu belum terlalu efektif. Belum seluruh  eksportir mengirim laporan devisa hasil ekspor (DHE).

Sunarso, Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri, menjelaskan eksportir belum banyak melaporkan Rincian Transaksi Ekspor (RTE) karena salah memahami mekanisme pelaporan. Mereka mengganggap harus datang ke bank. Padahal RTE itu dapat dilakukan secara online. "DHE yang masuk lewat kami sebenarnya besar, tapi yang melaporkan RTE  masih sedikit," katanya, Senin (1/10).

Dari Januari hingga Agustus tahun 2012, DHE yang mengalir ke Bank Mandiri mencapai US$ 36,7 miliar. Namun, eksportir yang melaporkan rinciannya (RTE) baru 28% atau sekitar US$ 10,3 miliar dari DHE yang masuk ke bank. "Kami menargetkan DHE mencapai US$ 63 miliar hingga akhir tahun. Sedangkan pelaporan RTE juga diharapkan naik dari angka US$ 10,3 miliar," tambah Sunarso.

Bank pelat merah ini telah mengembangkan produk-produk tresuri untuk mendongkrak penerimaan devisa dan pelaporan ekspor, misalnya produk lindung nilai seperti transaksi foreign exchange forward, swap, option, interest rate swap dan cross curenncy swap. Bank juga berupaya memfasilitasi pengembangbiakkan uang milik eksportir di surat berharga negara, obligasi korporasi dan US Treasury Bond.

Afien June, Vice President Trade Division Internasional Bank BNI, menuturkan perseroan baru menerima pelaporan DHE sekitar US$ 15 miliar. Sedangkan RTE masih dalam proses pendataan.

Afien sependapat dengan Sunarso bahwa kebijakan ini kurang efektif karena minimnya pemahaman eksportir.  Ada eksportir yang mengirim devisa ekspor ke BNI, namun melaporkan RTE ke bank lain atau sebaliknya. "Sehingga ada data yang tidak klop, maklum eksportir kan melaporkan datanya tidak hanya satu bank," kata Afien.

Abdullah Firman Wibowo, Manager Internasional BNI, menambahkan, hingga Agustus 2012 DHE yang masuk melalui skema letter of credit (L/C) sebesar US$ 902 juta, sedangkan non-L/C sekitar US$ 16 miliar. Sehingga total devisa yang melewati BNI sekitar US$ 16,9 miliar.

Sedangkan jumlah eksportir yang melapor mencapai 400 nasabah. "Sekitar 60% melakukan ekspor secara rutin ," kata Firman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×