Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Bank Victoria International Tbk kena semprit Bursa Efek Indonesia (BEI) karena pergerakan harga saham Bank Victoria naik 184% selama satu bulan. Alhasil, wasit pasar modal memberikan sanksi penghentian sementara perdagangan saham (suspensi) kepada Bank Victoria.
Bank berkode saham BVIC ini mencatat kenaikan harga saham hingga 184% menjadi Rp 322 per lembar saham di 22 Mei 2017 dari posisi Rp 113 per lembar saham di 26 April 2017. Sepanjang Januari hingga Maret 2017 tercatat harga saham BVIC hanya bergerak pada level Rp 100 per lembar.
Daniel Budirahayu, Direktur Utama Bank Victoria International mengakui, pihaknya terkena suspensi selama satu minggu oleh BEI karena alasan kenaikan harga saham. Lanjutnya, harga saham melonjak karena fluktuasi pasar bukan ada rencana aksi korporasi.
Kendati demikian, Daniel menuturkan ada investor yang tertarik untuk menambah kepemilikan saham di bank Victoria. Rencananya, Deutsche Investitions und Entwicklungsgesellschaft mbH (DEG) tertarik untuk meningkatkan saham di bank milik Victoria Investama.
Niatan investor asal Jerman untuk menambah saham secara minoritas bukan mayoritas hingga kepemilikan saham 40% "Mereka berminat untuk menambah saham di bank Victoria. Namun, tidak dalam waktu dekat ini," jelas Daniel, kepada KONTAN, Selasa (23/5).
Saat ini, DEG sebagai pemegang saham bukan PSP dengan kepemilikan saham 9,00% di bank Victoria. Pemegang saham lainnya adalah PT Victoria Investama Tbk 45,43%, Suzanna Tanojo 13,53%, PT Suryayudha Investindo Cipta 4,96%, PT Nata Patindo 2,62%, dan masyarakat 24,46%.
Daniel menambahkan, pihaknya tidak darurat mencari investor strategis. Pasalnya, bank Victoria memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada level 21,54% per kuartal I-2017 atau naik 346 bps dibandingkan posisi 18,08% di kuartal I-2016.
Bank Victoria membukukan total modal sebesar Rp 2,72 triliun (bank only) dan Rp 2,97 triliun (konsolidasi) per kuartal I-2017. Rincian modal pada bank only adalah modal inti (tier 1) sebesar Rp 2,27 triliun dan modal pelengkap (tier 2) senilai Rp 447,21 miliar.
Dengan modal tersebut, bank Victoria mengincar kredit tumbuh 13%-15% atau mencapai sekitar Rp 15,05 triliun-Rp 15,32 triliun di akhir tahun 2017 dari perhitungan realisasi kredit Rp 13,32 triliun di akhir tahun 2016. BVIC telah membukukan kredit senilai Rp 12,95 triliun di kuartal I-2017. "Mayoritas atau 40%-50% kredit untuk kredit usaha kecil dan menengah (UKM)," tambahnya.
Wajar saja, investor masih tertarik memiliki saham di bank Victoria karena laba bersih tercatat naik 78,70% menjadi Rp 67,83 miliar per kuartal I-2017 dibandingkan posisi Rp 37,95 miliar per kuartal I-2016. Laba bersih berasal dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp 60,17 miliar dan pendapatan operasional selain bunga bersih senilai Rp 2,07 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News