Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Dua perusahaan asuransi siap menyapih unit usaha syariahnya. Keduanya berasal dari sektor usaha asuransi jiwa dan asuransi umum. Jika tidak ada aral melintang, keduanya akan berdiri sebagai perusahaan asuransi murni syariah tahun ini juga.
Spin off asuransi syariah tersebut akan menambah panjang daftar perusahaan asuransi murni syariah dari saat ini 5 institusi menjadi 7 institusi. Posisi ini sekaligus menciutkan jumlah pelaku asuransi berstatus UUS, yaitu dari 41 menjadi hanya 39.
Adi Pramana, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mengatakan, modal disetor UUS yang akan memisahkan diri dari induk usahanya tersebut sudah memenuhi ketentuan regulator. Yakni, Rp 50 miliar.
“Kapan? Ya, bergantung perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setahu saya, mereka sudah mulai mengajukan izin untuk melakukan spin off,” ujarnya ditemui KONTAN disela-sela acara Islamic Finance Forum, Rabu (22/4).
Menurut Adi, ceruk pasar asuransi syariah di Tanah Air masih sangat besar untuk digali. Industri asuransi syariah bahkan sangat menjanjikan, mengingat penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk Islam dan belum seluruhnya terproteksi dengan asuransi.
Lihat saja, penetrasi pasar asuransi syariah masih mini. Yaitu, kurang dari 5%. Bahkan, dari sisi aset pun, industri asuransi berprinsip syariah masih jauh tertinggal dari asuransi konvensional.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan bisnis asuransi syariah berkisar 20%-30% per tahun. Dalam dua bulan pertama ini saja, berdasarkan data OJK, kontribusi alias premi bruto asuransi syariah mencapai Rp 1,56 triliun atau melesat 31,74%.
Diperkirakan, kontribusi bruto sampai kuartal pertama 2015 akan menyentuh Rp 2 triliun atau tumbuh 20% ketimbang periode yang sama tahun lalu. “Tahun ini, asuransi syariah mematok target premi bruto sekitar Rp 11 triliun,” terang Adi.
Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat industri asuransi syariah terus berbenah. Salah satunya dengan melakukan variasi produk, meningkatkan kompetensi dan jumlah sumber daya insani, serta memperkuat jalur distribusinya.
“Jalu distribusi ini masih menjadi tantangan utama dan terbesar di industri asuransi syariah. Kenapa? Karena, industri asuransi syariah masih banyak mengandalkan lembaga keuangan lainnya, seperti bank untuk memasarkan produk,” imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News