Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bisnis penjaminan lesu darah dalam dua bulan pertama tahun ini. Tengok saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir, total outstanding dari aktivitas usaha penjaminan turun tipis 4,8%, yakni dari Rp 97,190 triliun pada Februari tahun lalu menjadi hanya Rp 92,498 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Bahkan, dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 92,620 triliun, outstanding penjaminan hingga Februari 2015 ini masih tercatat menciut. Penyusutan outstanding penjaminan terutama berasal dari bisnis penjaminan usaha produktif.
Outstanding penjaminan usaha produktif hanya tercatat sebesar Rp 35,839 triliun hingga Februari 2015 ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, nilainya masih mencapai Rp 39,796 triliun. Sementara, outstanding penjaminan usaha non produktif relatif mandek dari Rp 57,394 triliun jadi Rp 56,658 triliun.
Di satu sisi, penurunan outstanding penjaminan memang berarti terjadi pembayaran terhadap angsuran. Namun di sisi lain, berarti bisnis penjaminan baru tidak sekencang tahun sebelumnya. Buktinya, total pendapatan yang dikantongi industri penjaminan ikut susut. Tak tanggung-tanggung, pendapatan operasional bahkan melorot 22,4%.
Total pendapatan operasional pada Februari 2014 lalu mencapai Rp 352,95 miliar. Namun, pada periode yang sama tahun ini angkanya menciut menjadi Rp 273,67 miliar. Penurunan pendapatan ini juga diikuti dengan penurunan beban operasional sebanyak 12% atau cuma menjadi Rp 187,11 miliar hingga akhir Februari 2015.
Beruntungnya, meski kinerjanya melempem, industri penjaminan masih mampu menikmati keuntungan. Hal ini tercermin dari perolehan laba bersihnya yang tumbuh hingga 3,1% atau menjadi sebesar Rp 123,32 miliar pada dua bulan pertama tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News