kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom CORE sebut peran multifinance menggerakkan perekonomian masih kecil, kenapa?


Senin, 17 Agustus 2020 / 19:09 WIB
Ekonom CORE sebut peran multifinance menggerakkan perekonomian masih kecil, kenapa?
ILUSTRASI. Penjualan motor bekas di Rawabelong Jakarta, Senin (20/7). Menurut Otoritas Jasa keuangan (OJK), non-performing financing (NPF) atau rasio kredit macet multifinance tercatat terus menanjak sejak memasuki periode 2020. Pada Desember 2019, multifinance masi


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pembiayaan telah berkontribusi terhadap menggerakkan perekonomian nasional. Kendati demikian, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah melihat industri ini masih memiliki peran yang kecil.

Multifinance lebih banyak membiayai kebutuhan konsumsi seperti kendaraan roda dua dan empat, juga kepemilikan rumah. Harus diakui sistem keuangan kita itu masih sangat sederhana baik aturan, instrumen, dan kelembagaan,” ujar Piter kepada Kontan.co.id pada Minggu (17/8).

Baca Juga: Begini upaya MTF menggerakkan ekonomi nasional lewat bisnis pembiayaan

Lanjut Ia, ketika pasar keuangan yang masih sangat sederhana dan konservatif, sehingga kecenderungan lebih stabil dan lebih kuat menghadapi gejolak. Kendati demikian, peranan yang diberikan juga belum besar.

“Kita lihatnya dari aset dan perputaran uangnya, perbankan kita masih kuasai 80% sistem keuangan Indonesia, multifinance berkisar 10%. Jadi belum besar kontribusinya,” papar Piter.

Ia mengakui, multifinance juga telah ikut mereka menggerakan pasar modal baik melaui IPO dan surat utang. Juga ikut menggerakkan kredit dari perbankan sebagai sumber pendanaan.

Piter menilai meskipun multifinance menggerakkan sektor keuangan bukan berarti telah menggerakkan perekonomian. Lantaran pengukurannya ada pada peran sektor keuangan tersebut terhadap sektor ril sebagai peran intermediasi dari lembaga keuangan.

Baca Juga: MTF sebut ada 3 tantangan multifinance menggarap bisnis pembiayaan, apa saja?

“Sekarang peran dalam menggerakkan sektor riil masih terbatas, karena lebih banyak membiayai kegiatan konsumtif bukan produktif. Bila ingin menggerakkan sektor riil, maka arahnya lebih banyak menyalurkan pembiayaan investasi dan modal kerja. Bisa menciptakan produk-produk. Ini yang kita harapkan dan kita tunggu. Bukan sekedar leasing saja,” tutur Piter.

Meskipun begitu, Piter melihat tidak bisa memaksa multfinance lebih banyak membiayai sektor investasi atau modal kerja. Terpenting menurut ia, bagaimana sistem keuangan secara keseluruhan.

“Kalau pun ini yang paling tepat, maka secara keseluruhan, sistem keuangan harus menggerakan sektor riil. Jangan sampai berhenti di pembiayaan konsumtif, tapi juga produktif berupa investasi dan modal kerja. Kalau itu harus bank, ya ga apa-apa,” kata Piter.

Baca Juga: OJK: Pandemi Covid-19 jadi tantangan bagi industri multifinance

Oleh sebab itu, ia menyebut perlu adanya kerja sama dengan bank dan pasar modal dengan industri multifinance. Sehingga tugas dari regulator lah yang harus memutuskan arah dan posisi multifinance dalam sistem keuangan.

“Idealnya, semua pemain dan pelaku itu memainkan perannya secara optimal, sehingga tercipta sistem keuangan yang efisien, aman, cepat, dan reliable. Itu yang diharapkan perekonomian. Termasuk multifinance dalamnya, menjadi katalisator dari sebuah sistem perekonomian yang mendorong laju perekonomian yang sebesar mungkin,” pungkas Piter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×