Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat angka investasi industri asuransi jiwa ke instrumen reksadana alami penurunan hingga 24,5% secara tahunan atau year on year (YoY) pada kuartal I-2024.
Kepala Departemen Insurtech AAJI Hengky Djojosantoso mengatakan investasi reksadana ini tercatat mencapai Rp 73,53 triliun pada kuartal I-2024 atau menurun 24,5% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 97,36 triliun.
"Penurunan tersebut disebabkan oleh aturan baru pengelolaan untuk produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI)," kata Hengky katanya dalam konferensi pers, Rabu (29/5).
Lebih lanjut, Hengky mengatakan bahwa pengelolaan unitlink ini diatur untuk reksadana yang hanya diperbolehkan ke reksadana obligasi pemerintah.
Baca Juga: Penempatan Investasi Asuransi Jiwa di Reksadana Anjlok 24,5%, Ini Penyebabnya
Adapun, penurunan tersebut juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Investasi industri asuransi jiwa ke reksadana alami penurunan 41,2% secara tahunan pada kuartal I-2023 senilai Rp 97,36 triliun dibandingkan pada periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 16,562 triliun.
Salah satu perusahaan asuransi jiwa, PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life menyampaikan aset investasi ke reksadana perusahaan juga tercatat mengalami penurunan sekitar 2,7% pada April 2024 secara YoY.
Namun secara umum, Head of Corporate Secretariat IFG Life Gatot Haryadi menyebut, bahwa hasil investasi perusahaan secara year to date (YTD) pada April 2024 mengalami peningkatan 14%.
"Kami melakukan penempatan investasi secara prudent, ketat, dan sesuai dengan praktik tata kelola yang baik," kata Gatot kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).
Gatot mengatakan, IFG Life menerapkan konsep Liability Driven Investment, yaitu investasi yang dilakukan sesuai dengan profil liabilitas perusahaan, sehingga kemampuan untuk melakukan pembayaran klaim kepada pemegang polis dapat terjaga.
Di sisi lain, IFG Life mengedepankan penempatan secara low to medium risk investment, sehingga fokus utama IFG Life akan melakukan penempatan pada obligasi pemerintah.
Sementara itu, PT BNI Life Insurance (BNI Life) telah melakukan pengurangan atas investasi ke reksadana, salah satunya untuk memenuhi kebijakan SEOJK 5/2022 dan POJK 5/2023.
Baca Juga: BRI Insurance Catat Pertumbuhan Premi Bruto Sebesar 40,49% pada Kuartal I 2024
"Betul, kami melakukan pengurangan atas reksadana karena dalam SEOJK 5/2022 dan POJK 5/2023 terdapat kriteria untuk penempatan reksadana. Alokasi reksadana yang kami tempatkan turun hampir Rp 1 triliun secara tahunan untuk seluruh portofolio," kata Eben kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).
Adapun, untuk target hasil investasi baik unitlink dan non unitlink, BNI Life menargetkan hingga Rp 1,50 triliun di sepanjang 2024. Volatilitas yang tinggi pada market mendorong BNI Life untuk mengelola investasi secara aktif begitu pula aktif melakukan rebalancing portofolio.
"Kami masih melihat adanya tren pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun ini walaupun kemungkinan akan sedikit mundur dari jadwal yang di perkirakan. Momentum di market dapat dimanfaatkan untuk rebalancing portofolio untuk mengoptimalkan hasil investasi," ujar Eben.
PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) menyampaikan bahwa kondisi investasi ke reksadana perusahaan masih sejalan dengan tren pasar, utamanya pada region Asia.
"Di mana terjadi penyesuaian seiring masih tingginya suku bunga global dan gejolak rupiah sembari menunggu sinyal dovish dari The Fed," ujar Chief Marketing Officer (CMO) Generali Indonesia, Vivin Arbianti Gautama kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).
Untuk memaksimalkan return dan kinerja investasi, dalam alokasi dan pengelolaan portofolio investasi dari tahun ke tahun, Generali Indonesia mematuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan juga memiliki proses pengawasan, baik dari komite investasi, regional, maupun secara grup.
Selain itu, alokasi investasi juga sesuai dengan profil risiko nasabah. Dalam pengelolaan alokasi investasinya juga menerapkan berbagai strategi dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik untuk strategi jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
"Dalam menerapkan strategi, kami mengatur pemilihan portofolio secara seimbang, melalui kepemilikan pada berbagai instrumen investasi," jelas Vivin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News