Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Bank Harda Internasional Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 30% sepanjang tahun 2015. Angka itu jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi target Bank Indonesia yang sebesar 11%-13% dan proyeksi target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencapai 13%-15%.
Direktur Utama Bank Harda, Antonius Prabowo Argo menuturkan, target tersebut optimistis dapat dicapai perseroan dengan adanya dana segar yang diraup dari hasil penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
Menurut Antonius, target pertumbuhan kredit mencapai 30% itu setara dengan Rp 2 triliun dari realisasi penyaluran kredit tahun lalu sebesar Rp 1,5 triliun. Ia bilang, dana IPO Rp 100 miliar akan digunakan oleh bank dengan kode emiten BBHI ini untuk penyaluran kredit ke sektor-sektor yang menjadi fokus Bank Harda, yaitu komersial dan ritel.
"Kami ingin pertumbuhan kredit ritel lebih besar seperti ke perdagangan dan juga eceran. Sementara kredit sektor komersial seperti memberikan kredit ke perusahaan pembiayaan melalui channeling, jadi kami juga menyalurkan pembiayaan ke multifinance," katanya, Rabu (12/8).
Antonius menilai sektor ritel cenderung masih bertumbuh positif di situasi ekonomi yang melemah saat ini. Lebih lanjut Antonius menambahkan, dana hasil IPO sebesar Rp 100 miliar jika disalurkan untuk kredit bisa menjadi Rp 600-Rp 700 miliar.
Bank Harda memandang sektor ritel masih tumbuh dengan baik dibandingkan dengan kredit sektor lainnya. Selain itu, Bank Harda juga akan menghindari beberapa sektor lain yang kurang tumbuh maksimal.
Antonius menjelaskan, beberapa sektor yang kurang bagus kinerjanya saat ini antara lain pertambangan, transportasi dan konstruksi serta property. Ia mengungkapkan sektor tersebut membuat rasio kredit macet alias non performing loan (NPL) perseroan di level yang cukup tinggi.
“NPL kami saat ini di level 2,7%. Tahun ini kami targetkan bisa menurun ke level 2%,” jelasnya.
Dari sisi kinerja keuangan, Bank Harda menargetkan mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp 10 miliar. Padahal, jika ditilik dari laporan keuangan, laba bersih perseroan pada tahun lalu mencapai Rp 12,44 miliar.
Seperti diketahui, dalam gelaran IPO tersebut, Bank Harda melepas 800 juta saham dengan harga perdana per saham sebesar Rp 125. Dengan jumlah IPO tersebut, Bank Harda bakal meraup dana hingga Rp 100 miliar.
Pada saat pembukaan perdagangan perdana, saham Bank Harda dengan kode BBHI ini menanjak 7,2% ke level Rp 134 per saham, dari Rp 125 per saham.
Setelah IPO, kepemilikan saham Bank Harda berubah menjadi sebesar 72,66% digenggam PT Hakim Putra Perkasa, 21,43% dimiliki publik, sebanyak 5,43% dimiliki Kwee Sin To, dan sisanya 0,03% milik Karyawan Bank Harda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News