kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Kinerja Sejumlah BPD Tertekan di November 2024


Kamis, 02 Januari 2025 / 19:32 WIB
Kinerja Sejumlah BPD Tertekan di November 2024
ILUSTRASI. Bank BJB menjadi salah satu BPD yang cetak kinerja kurang mengesankan di tahun 2024


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank daerah tampak tertekan pada November 2024. Mayoritas mencatatkan penurunan laba pada periode sebelas bulan tahun 2024.

Penurunan paling besar terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) yang secara konsolidasi labanya melorot 23,74% secara tahunan (YoY) per November 2024.

Dilihat dari laporan keuangan yang di pubilkasikan perseroan, Bank BJB mencatat laba bersih Rp 1,28 triliun pada periode sebelas bulan di tahun 2024. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun 2023, laba bersih Bank BJB senilai Rp 1,68 triliun.

Turunnya laba bersih Bank BJB salah satunya dipengaruhi oleh pendapatan bunga bersihnya. Di mana, pada pos pendapatan bunga bersih Bank BJB hanya mencatat senilai Rp 5,69 triliun atau mengalami penurunan 11,25% yoy.

Hal ini sejalan dengan beban bunga bank yang membengkak hingga 24,91% mencapai Rp 7 triliun. Padahal, pada periode sama tahun lalu, beban bunga Bank BJB hanya senilai Rp 5,60 triliun.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menyebut, penurunan kinerja disebabkan masih adanya tekanan pada bottom line oleh biaya dana yang meningkat.

Baca Juga: Bank KBMI 3 Siapkan Strategi untuk Hadapi Tantangan Ekonomi Global 2025

"Beban bunga jika dibandingkan dengan tahun lalu masih menjadi penyebab utama nya, meskipun sudah cenderung melandai secara month on month," ujar Yuddy kepada Kontan.co.id.

Hingga akhir tahun pihaknya memproyeksikan bisnis dalam hal kredit dapat tumbuh sekitar 6%-8%, dengan DPK yang dijaga pada level LDR optimal sampai dengan 92%.

"Kuncinya ekspansi bisnis yang dilakukan harus terjaga kualitasnya agar CKPN tidak menjadi tekanan tambahan terhadap laba. Di sisi lain sumber-sumber pendapatan lain mulai dari fee based income hingga pendapatan dari recovery juga terus didorong," jelasnya.

Penurunan laba juga terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dengan kinerja yang kurang memuaskan hingga November 2024. Sebab, laba bersih bank daerah asal Jawa Tengah ini turun 14,32 yoy. 

Di lihat dari laporan keuangannya, Bank Jateng telah membukukan laba bersih senilai Rp 1,31 triliun selama periode Januari hingga November 2024. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, laba Bank Jateng senilai Rp 1,53 triliun.

Bedanya, penurunan laba Bank Jateng lebih dipengaruhi oleh beban pencadangan yang dicatatkan senilai Rp 454,80 triliun. Angka tersebut melonjak 73,17% yoy dari sebelumnya senilai Rp 262,63 triliun.

Untungnya, pendapatan bunga bersih dari Bank Jateng masih mampu menopang kinerja laba. Di mana, ada kenaikan tipis sebesar 0,49% dari periode November 2023 yang senilai Rp 4,31 triliun naik menjadi Rp 4,34 triliun pada periode November 2024.

Baca Juga: Penghimpunan DPK Perbankan Semakin Berat Saat Ada Kenaikan PPN Jadi 12%

Berbeda dengan  Bank BPD DIY yang membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 3,70% mencapai Rp 286,81  miliar pada November 2024. Pertumbuhan kinerja perseroan ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 10,95% mencapai Rp 1,03 triliun.

Agus Tri Murjanto, Direktur Bank BPD DIY mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan kinerja perseroan datang dari sisi DPK. Perseroan disebut Agus berhasil meningkatkan transaksi melalui mobile banking, menambah layanan-layanan agen bank dipedesaan/melalui Bumdes, fee based dari jumlah NOA tabungan.

"Bank juga menyediakan layanan Virtual Account untuk mempermudah nasabah dalam bertransaksi. Kalau dari sisi kredit kami terus mendorong melalui kredit KUR dan Kawan Usaha," kata Agus.

Adapun di Desember 2024 pihaknya memproyeksikan laba dapat tumbuh positif mencapai  Rp 423 miliar, Kredit tumbuh positif menjadi Rp 11,21 triliun, dan DPK mencapai Rp 13,63 triliun.

"Kinerja tahun 2025 juga kami tetap optimistis dengan perkiraan pertumbuhan dana dan kredit kisaran 10% sampai 12%. Dengan fokus pada sektor-sektor yang masih menjadi peluang, seperti UMKM, Pendidikan, Kontruksi, Perantara keuangan, dan Rumah Tangga," tuturnya.

Dalam menggenjot kinerja di 2025 perseroan telah menerapkan strategi, yakni dengan digitalisasi pemerintah daerah, khususnya menyediakan layanan penerimaan melalui berbagai chanel dan kolaborasi dg marketplace dan fintech, fokus kredit UMKM dan penghimpunan dana ritel, sekolah, supplychain.

Selain itu, mengakusisi seluruh merchant retail melelui layanan penerimaan dan pembayaran digital (qris, cash managemen sistem/internet banking, agen bank dan lain-lain, juga berkolaborasi dengan komunitaskomunitas kegiatan yang formal dan non formal.

Sementara Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, penurunan kinerja BPD terjadi karena memang bawaan dari pasca dihapusnya program restrukturisasi yang menekan kinerja BPD.

"Pada tahun 2025, bila melihat pelemahan daya beli masih berlanjut, tensi geopolitik global masih memanas dan inflasi yang masih tinggi, akan membuat tren bunga yang juga akan tertahan penurunannya, maka kinerja bank termasuk BPD akan mengalami tekanan," ungkap Trioksa.

Baca Juga: Saham Perbankan Kembali Loyo Imbas Aksi Jual oleh Asing

Namun menurutnya, untuk kinerja BPD yang mayoritas masih mengandalkan ASN tidak akan terlalu tertekan ditengah kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan.

Adapun segmen yang perlu didorong BPD di tengah tekanan ekonomi menurut Trioksa sektor-sektor yang tergolong rendah risikonya seperti kredit pegawai yang merupakan captive market bagi BPD. 

"Sektor lain yang bisa diincar adalah sektor yang terkait dengan pertanian dan perkebunan yang berhubungan dengan konsumsi utama masyarakat," imbuhnya.

Selanjutnya: Tips-Tips Membuat Portofolio Kerja yang Menarik untuk Melamar Kerja

Menarik Dibaca: Hujan Petir Landa Daerah Ini, Cek Ramalan Cuaca Besok (3/1) di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×