Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - SOLO. PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF yang berperan sebagai liquidity provider menyampaikan nilai penyaluran pendanaan kepada lembaga penyalur pembiayaan perumahan mencapai Rp 14,53 triliun sejak awal 2025 hingga September 2025.
"Penyaluran itu baik melalui skema sekuritisasi maupun pembiayaan," ungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko SMF Bonai Subiakto dalam konferensi pers di Solo, Sabtu (15/11/2025).
Bonai berharap sampai akhir tahun ini bisa melampaui pencapaian pada 2024. Adapun nilai penyaluran pendanaan pada 2024 mencapai Rp 17,1 triliun.
Secara total, Bonai menuturkan dana yang telah dialirkan SMF ke pasar pembiayaan primer sejak berdiri sampai September 2025 mencapai Rp 135,23 triliun. Dia merinci penyaluran pembiayaan sebesar Rp 121,02 triliun, sedangkan sekuritisasi sebesar Rp 14,21 triliun.
Sementara itu, Bonai mengatakan pendanaan yang diterima SMF lewat surat utang mencapai Rp 10 triliun per September 2025. Secara total, sejak SMF berdiri hingga September 2025, akumulasi penerbitan surat utang mencapai Rp 74,87 triliun.
Baca Juga: Sarana Multigriya Finansial (SMF) Catat Rasio BOPO 81,85% per Semester I-2025
"Jadi, kami sudah 73 kali menerbitkan surat utang melalui pasar modal sejak berdiri," kata Bonai.
Bonai menjelaskan dalam menjalankan peran fiskal, SMF telah menerbitkan surat utang untuk Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) sejak 2018 hingga September 2025 mencapai Rp 17,94 triliun. Adapun KPR FLPP adalah program KPR bersubsidi dari pemerintah yang ditujukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Tercatat, penerbitan untuk KPR FLPP dilakukan sebanyak 18 kali sejak 2018 hingga September 2025.
Dari sisi kinerja, SMF mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 6,7% secara Year on Year (YoY), menjadi Rp 53,66 triliun per September 2025. Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menerangkan laba bersih tumbuh 3% YoY, menjadi Rp 432 miliar per September 2025.
Ananta menambahkan SMF juga mengambil peran strategis dalam mendukung kebijakan moneter nasional. Dia mengatakan penetapan surat utang SMF sebagai underlying transaksi Repurchase Agreement (REPO) Bank Indonesia menunjukkan pengakuan otoritas moneter atas kualitas aset SMF dan perannya dalam menjaga likuiditas sistem keuangan.
Baca Juga: BNI Gandeng SMF Integrasikan Layanan Pembayaran Digital, Dukung Program 3 Juta Rumah
"Ketersediaan instrumen REPO berbasis surat utang SMF memberikan opsi likuiditas yang lebih luas bagi perbankan, sehingga memperkuat fungsi intermediasi yang pada akhirnya mendorong penyaluran pembiayaan perumahan," tuturnya.
Ananta mengatakan surat utang SMF menjadi surat utang pertama yang dinyatakan eligible sebagai underlying transaksi REPO Bank Indonesia berdasarkan outstanding yang besar, kepemilikan oleh perbankan, credit rating idAAA, status entitas, serta likuiditas di pasar.
“Dengan masuknya obligasi SMF dalam daftar underlying REPO Bank Indonesia, perbankan kini memiliki sarana tambahan untuk mengelola likuiditasnya di pasar uang," katanya.
Ananta juga menjelaskan bahwa sinergi kebijakan fiskal melalui penyaluran pembiayaan, serta dukungan moneter melalui instrumen REPO BI, menciptakan ekosistem pembiayaan perumahan yang lebih stabil, berkelanjutan, dan inklusif. Langkah itu diharapkan mempercepat pencapaian target Program Pemerintah 3 Juta Rumah, sekaligus menekan angka backlog yang hingga kini masih mencapai 9,87 juta rumah tangga.
Baca Juga: Makin Membesar, Pembiayaan BNPL Multifinance Tumbuh 88,65% per September 2025
Selanjutnya: Defisit APBN 2025 Diprediksi Mencapai 2,6% dari PDB, Ini Faktor Pendorongnya
Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













