Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit sindikasi sepanjang paruh pertama tahun ini masih sepi sejalan dengan tekanan pandemi Covid-19. Sementara dari realisasi yang ada masih didominasi oleh bank asing.
Namun, adanya pelonggaran terhadap kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mulainya memasuki kebijakan baru pemerintah terhadap kenormalan baru diperkirakan akan mendorong kredit sindikasi di semester II tahun ini.
Baca Juga: Pefindo Pangkas Peringkat Utang Timah (TINS) Gara-gara Dampak Corona
Berdasarkan Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kredit sindikasi berdasarkan mandated lead arranger hingga 12 Juni 2020 baru mencapai US$ 5,52 miliar. Itu diikuti oleh 38 bank.
Penyalur kredit sindikasi terbesar diraih oleh bank asing yakni DBS Group dengan porsi US$ 650,5 juta. Di posisi kedua, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) US$ 510,6 juta, diikuti Mitsubishi UFJ Financial US$ 477,3 juta, Sumitomo Mitsui Rp 454,6 juta, dan Bank Mandiri US$ 372,4 miliar.
Di urutan keenam ada Maybank sebesar US$ 348,8 juta, disusul CTBC Financial US$ 279,8 juta, Standard Chartered US$ 274,8 juta, UOB US$ 254 juta, dan ING Group US$ 165 juta. Dari 10 besar penyalur sindikasi tersebut, hanya dua bank lokal yang berkontribusi.
Baca Juga: Bank Mandiri dan BRI fokus pacu fee based income berbasis treasury dan transaksi
Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan, adanya kebijakan new normal sedikit banyak memberikan pengaruh positif terhadap pasar sindikasi.
"Beberapa proyek yang sebelumnya tertunda karena Covid-19 dan split operational sudah mulai berlanjut, namun beberapa lainnya masih dalam tahap wait and see," ungkapnya pada Kontan.co.id, Minggu (14/6).
Sebagian bank peserta sindikasi yang sebelumnya dalam status on hold terhadap potensi kesepakatan baru maupun nama baru di pasar, kata Rully, juga sudah mulai kembali membuka kesempatan untuk ikut serta dalam pembiayaan sindikasi.
Meski terdapat beberapa pipeline yang mulai bergerak ke arah positif, ia menekankan saat ini belum bisa dikatakan bahwa potensi pembiayaan sindikasi akan jadi besar ketika sudah masuk fase new normal karena harus dilihat pula dampak Covid-19 terhadap operasional perusahaan.
Baca Juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga Hingga Wabah Corona Lewat
Oleh karena itu, Bank Mandiri masih belum bisa memastikan kemungkinan pertumbuhan pasar sindikasi tahun ini apakah akan sama atau lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Sementara pipeline sindikasi Bank Mandiri saat ini cukup besar dan berasal dari beberapa sektor industri seperti infrastruktur, industri tambang (termasuk pembangunan smelter), telekomunikasi, consumer goods, dan industri perkebunan dari hulu sampai hilir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News