kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit infrastruktur andalan bank pelat merah 2017


Minggu, 19 Februari 2017 / 19:53 WIB
Kredit infrastruktur andalan bank pelat merah 2017


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank milik negara menyebut pembangunan infrastruktur masih menjadi andalan roda penggerak pertumbuhan kredit tahun ini. Tahun lalu, pemerintah menganggarkan dana untuk proyek pembangunan infrastruktur hingga Rp 313 triliun.

Misalnya saja PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI yang sepanjang tahun 2016 telah menyalurkan kredit ke sesktor infrastruktur sebesar Rp 86,3 triliun atau tumbuh 30,4% secara tahunan (year on year/yoy) dibanding akhir 2015 sebesar Rp 66,19 triliun.

Direktur Bisnis Korporasi BNI, Herry Sidharta pun mengakui sektor infrastruktur termasuk salah satu penopang kinerja penyaluran kredit. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per akhir Desember 2016, dari total kredit tersebut, porsi kredit infrastruktur didominasi oleh sektor energi atau power plan sebanyak 30%, disusul jalan tol 27%, 19% transportasi, 14% sektor minyak dan gas sementara sisanya mengalir ke sektor telekomunikasi atau sebanyak 11%.

"Kita tetap tingkatkan di sektor infrastruktur. Untuk potensi drawdown sesuai schedule sekitar Rp 25 triliun sampai Rp 27 triliun (tahun ini) utamanya masih energi, khususnya energi terbarukan seperti solar cell dan hydro," kata Herry kepada KONTAN, Minggu (19/2).

Herry menambahkan, dalam waktu dekat proyek infrastruktur yang akan digarap oleh bank berkode emiten BBNI antara lain pembangunan pelabuhan, tol, lapangan terbang (bandara) serta telekomunikasi.

Proyek yang akan dibiayai oleh BNI antara lain LRT Palembang, LRT Jabodetabek, Tol Pejagan - Pemalang, Tol Pemalang - Batang, Tol Pandaan - Malang, Tol JORR II ruas Serpong - Kunciran - Cengkarang, Palapa Ring Tengah dan Timur, Tol Gempol - Pasuruan, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Kereta Bandara Soekarno - Hatta dengan debitur mayoritas sesama BUMN. Sementara untuk Semester I-2017 sekitar Rp 6,25 triliun hingga Rp 6,75 triliun.

"Yang jelas sekarang sedang proses pembangunan, kira-kira ya 20%-25% angkanya (tahun ini)," jelas Herry.

PT Bank Mandiri Tbk juga mencatat telah menyalurkan kredit hingga Rp 57,3 triliun tahun 2016 dari total komitmen yang telah diberikan sebesar Rp 104,6 triliun. Kredit tersebut disalurkan untuk pembiayaan tol sebesar Rp 14,5 triliun, pembangkit listrik Rp 39,3 triliun, transportasi sebesar Rp 38,2 triliun dan telekomunikasi sebesar Rp 12,6 triliun.

Direktur Keuangan dan Treasury Bank Mandiri, Pahala Mansury mengungkapkan bahwa proyek infrastruktur yang digagas pemerintah berhasil menopang pertumbuhan kredit. "Sampai dengan 2016 lalu, kita sudah memiliki komitmen untuk pembiayaan di sektor infrastruktur kurang lebih Rp 104,6 triliun, tumbuh 47% lebih," kata Pahala, pekan lalu.

Pahala juga menambahkan, sejumlah proyek yang telah dikucurkan tersebut memberikan tingkat keuntungan (profitabilitas) cukup signifikan. Pasalnya, pada akhir tahun lalu Bank Mandiri harus menghadapi tekanan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) hingga 4%.

Akibatnya, Bank Mandiri terpaksa menyisihkan pencadangan hingga Rp 24,6 triliun atau naik 104,7% dari posisi pencadangan 2015 sebesar Rp 12 triliun. Atas hal itu, laba bank berlogo pita emas ini tergerus sebanyak 32,21% menjadi Rp 13,8 triliun pada akhir tahun lalu.

Adapun untuk tahun ini, bank berkode emiten BMRI memasang target kredit korporasi tahun ini tumbuh antara 10%-15% dengan kredit infrastruktur masih memegang porsi mayoritas dari total kredit korporasi.

Sebagai informasi tambahan, sektor infrastruktur masih menjadi salah satu penopang pertumbuhan kredit pada tahun lalu. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit investasi maupun modal kerja ke sektor ini.

Tercatat berdasarkan analisis uang beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI) kredit konstruksi mencapai Rp 216,8 triliun atau tumbuh 24,2% yoy. Sementara untuk kelistrikan, gas dan air bersih mencapai Rp 135,4 triliun atau tumbuh 36,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Jika dirinci, pendanaan ke sektor konstruksi terdiri dari kredit investasi (KI) Rp 61,2 triliun dan kredit modal kerja (KMK) Rp 155,6 triliun. Sementara itu, untuk pendanaan ke bidang kelistrikan, gas dan air bersih terdiri dari KI Rp 108,6 triliun sementara KMK mencapai Rp 26,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×