Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Nasib kredit valuta asing (valas) perbankan ternyata lebih miris ketimbang perlambatan kredit rupiah. Pasalnya, tak cuma mengalami penurunan, penyaluran kredit valas terimpit tingginya kredit bermasalah (NPL).
Coba tengok data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per Juni 2016, penyaluran kredit valas anjlok 7,76% menjadi Rp 593,6 triliun ketimbang tahun lalu (year on year/yoy). Di saat susut, rasio kredit seret justru tetap tinggi. Malah, rasio NPL kredit valas sejumlah bank meningkat. Secara umum, penurunan kredit valas terimbas lesunya aktivitas ekspor impor.
Doddy Arifianto, Kepala Subdivisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, rasio kredit macet valas bakal terus meningkat hingga akhir 2016. "Ini karena ekspor dan impor baru akan positif pada tahun depan," ujar Doddy kepada KONTAN, Selasa (6/8).
Di tengah kondisi yang memburuk, sejumlah bank fokus bersih-bersih NPL sekaligus mengerem kredit valas.
Bersih-bersih NPL
Taswin Zakaria Direktur Utama Maybank Indonesia menilai, penurunan kredit valas memperbesar rasio kredit bermasalah kredit ini. "Kredit valas turun banyak dipengaruhi oleh nilai tukar yang menguat," ujar Taswin.
Sementara, Direktur Wholesale Banking Bank Permata Anita Siswadi mengatakan, NPL valas Bank Perbersumber dari debitur pertambangan dan komoditas. Bank Permata fokus menurunkan NPL ketimbang memacu kredit. "Salah satunya dilakukan dengan tidak menambah eksposur kredit baru di sektor tersebut," ujar Anita.
PT Bank OCBC NISP Tbk juga mengaku akan terus memantau kualitas kredit valas sampai akhir tahun. Strateginya, mengawasi kondisi keuangan debitur secara berkala. "Kami juga akan menjaga kualitas kredit dengan memastikan penyaluran kredit secara sehat," ujar Parwati Surjaudaja Direktur Utama Bank OCBC NISP.
Di semester I 2016, kredit valas Bank OCBC NISP turun 4% karena terimbas penguatan kurs. Sementara, NPL valas 1%. Rata-rata rasio NPL valas sembilan bank besar mencapai 4,75%, hampir menyentuh batas maksimal 5%. NPL tertinggi diderita Maybank Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News