Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat bayang-bayang perlambatan penyaluran kredit perbankan belum hilang, beberapa sektor diharapkan masih menjadi pendongkrak kredit. Salah satunya, industri pengolahan yang menjadi salah satu sektor dengan kontribusi terbesar untuk kredit.
Laporan Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) juga menyebutkan, sektor prioritas utama penyaluran kredit baru pada triwulan I-2025 adalah sektor perdagangan besar dan eceran. Diikuti sektor iIndustri pengolahan serta sektor perantara keuangan.
Memang, tak bisa dipungkiri, kredit di sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi besar. Sebut saja, kredit industri pengolahan mencapai Rp 1.201,6 triliun per November 2024, meningkat 8,67% secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1.105,7 triliun.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, pangsa terbesar kredit perbankan itu banyak didominasi oleh sektor-sektor seperti perdagangan, industri pengolahan, juga ada pertanian. Oleh karenanya, tak bisa dipungkiri bahwa bank menggenjot kredit di sektor-sektor itu.
"Tentu itu merupakan hal yang positif, kedua sektor tersebut adalah sektor utama dari perekonomian Indonesia dan banyak menyerap tenaga kerja. Ini juga sejalan dengan refocusing kebijakan insentif likuiditas makroprudential (KLM) yang akan kami arahkan kepada sektor-sektor yang memiliki dampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Risiko kredit juga masih terjaga," kata Juda kepada kontan.co.id, Jumat (24/1).
Baca Juga: OJK Akui Pertumbuhan Kredit ke Sektor Padat Karya Belum Optimal
Ditentukan kondisi ekonomi
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyebut, permintaan kredit untuk usaha utamanya manufaktur, sangat ditentukan kondisi ekonomi, kebijakan moneter global dan domestik, daya beli masyarakat, serta peluang pasar untuk ekspansi usaha.
Untuk itu, kata Dian, upaya untuk meningkatkan industri di Indonesia tidak hanya dapat dilakukan melalui penyediaan dana perbankan, namun juga harus didukung oleh berbagai faktor lain. Seperti dukungan sumber daya manusia, infrastruktur, kepastian hukum, serta transparansi perizinan dan kemudahan berinvestasi.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, Bank Mandiri memang menargetkan pertumbuhan kepada sektor-sektor yang tergolong prospektif dan resilien, termasuk juga di antaranya industri pengolahan.
"Kualitas kucuran kredit Bank Mandiri ke sektor tersebut tetap terjaga dengan optimal, dan kami optimis masih terdapat potensi peningkatan pada sektor tersebut di tahun ini. Namun kami tetap akan berhati-hati dalam menyalurkan kredit dan menyeimbangkan antara pertumbuhan dan profitabilitas," katanya.
Hingga November 2024, kredit Bank Mandiri ke sektor pengolahan tumbuh 20,43% secara tahunan.
Baca Juga: Kredit Perbankan ke Sektor Infrastruktur Berpotensi Tumbuh di 2025
Sementara EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyebut, BCA senantiasa berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya dengan mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor secara pruden.
Adapun BCA telah menyalurkan kredit ke sektor manufaktur sebesar Rp 199,3 triliun per Desember 2024, tumbuh sebesar 8,0% yoy. Untuk sektor perdagangan, restoran, dan hotel BCA telah menyalurkan kredit Rp 187,3 triliun atau naik 7,8% YoY.
"Ke depan, BCA terus mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit, dengan mempertimbangakan kebutuhan pembiayaan berdasarkan aktivitas usaha debitur dan terus mengawasi penggunaan kredit yang diberikan," ujar Hera.
Selanjutnya: Lampung Perkenalkan Budidaya Mutiara Kyoko untuk Pelestarian Alam dan Pariwisata
Menarik Dibaca: Bali Mayoritas Hujan, Waspadai Hujan Petir di 3 Wilayah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News