Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi sebesar 5,25%. Mengenai hal itu, Modal Ventura dengan kategori Venture Capital Corporation (VCC) dari Sinar Mas Land, Living Lab Ventures (LLV), menilai penurunan suku bunga BI umumnya berdampak positif terhadap industri modal ventura karena menurunkan cost of fund atau biaya dana.
"Dengan demikian, modal ventura dapat mengakses pendanaan dengan expected yield yang lebih rendah," ucap Investment Manager Living Lab Ventures Fadhlan Fariz kepada Kontan, Rabu (23/7).
Fadhlan mengungkapkan hal itu juga mendorong peningkatan alokasi dana dari investor institusi ke aset alternatif berisiko tinggi, seperti venture capital, yang menawarkan risk-adjusted return lebih tinggi dibandingkan instrumen pendapatan tetap.
Selain itu, Fadhlan berpendapat start-up juga diuntungkan dari adanya penurunan suku bunga BI, karena biaya pembiayaan yang lebih rendah mendorong pertumbuhan bisnis dan memperbesar deal flow (kesepakatan investasi) yang berkualitas bagi modal ventura.
Baca Juga: Pembiayaan Modal Ventura Terbesar ke Sektor Perdagangan, Ini Kata Living Lab Ventures
Sementara itu, Fadhlan mengatakan prospek industri modal ventura di Indonesia hingga akhir 2025 masih relatif positif. Dia bilang salah satunya dipicu adanya dukungan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui roadmap atau peta jalan penguatan modal ventura turut menciptakan iklim yang lebih kondusif.
Oleh karena itu, Living Lab Ventures menilai ada beberapa sektor yang dinilai prospektif, meliputi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), fintech, layanan kesehatan (biotech), serta Environmental, Social, and Governance (ESG).
Fadhlan juga mengungkapkan pembiayaan terbesar Living Lab Ventures sejauh ini disalurkan ke sektor health care, serta sektor-sektor fundamental lainnya, seperti edukasi, pengelolaan sampah, dan manufaktur berbasis teknologi.
Baca Juga: MDI Ventures Beberkan Sektor yang Berpotensi Didanai di Tengah Fenomena Perang Tarif
Dia menerangkan fokus perusahaan pada sektor-sektor itu tidak hanya didorong oleh urgensinya terhadap kualitas hidup masyarakat perkotaan, tetapi juga melihat kontribusinya yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
"Sektor-sektor tersebut memiliki efek berganda (multiplier effect) yang tinggi, menciptakan lapangan kerja secara langsung maupun tidak langsung, serta mendorong produktivitas nasional melalui peningkatan keterampilan, efisiensi operasional, dan adopsi teknologi di berbagai lapisan masyarakat," ujar Fadhlan.
Sebagai informasi, OJK mencatat pembiayaan industri modal ventura per Mei 2025 sebesar Rp 16,35 triliun. Adapun nilai pembiayaan per Mei 2025 tercatat tumbuh sebesar 0,88% secara Year on Year (YoY).
Baca Juga: Living Lab Ventures (LLV) Fokus Investasi Dua Sektor Ini pada 2025
Selanjutnya: Saham BBCA Menguat 0,89% pada Kamis (24/7), Nilai Transaksi Tembus Rp 1,17 Triliun
Menarik Dibaca: Benarkah Ubi Cilembu Bagus Dikonsumsi ketika Diet? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News