Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Marta menilai, secara umum kasus fraud bisa terjadi meskipun pemegang kartu ada di indonesia.
Menurutnya, penggunaan chip belum menyeluruh di seluruh dunia. Masih ada tempat yang masih menggunakan magnetic stripe sehingga fraud masih bisa terjadi.
"Untuk menjaga keamanan tetap terjaga, pemegang kartu harus selalu menjaga keberadaan kartu nya artinya harus selalu dalam pemilikan pemegang kartu dan jangan memberikan PIN, kode OTP atau pun nomor di belakang kartu kepada siapapun," ucapnya.
Di sisi lain, menurut Steve pengembangan keamanan juga selalu dilakukan oleh pelaku bisnis sepanjang waktu karena tehnologi yang terus berkembang.
Nasabah juga menurutnya harus melakukan update informasi agar kejahatan perbankan dapat selalu di ketahui dan nasabah tidak tertipu dengan hal hal yang seharusnya tidak terjadi.
Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan, untuk membobol kartu kredit diperlukan data nomor kartu, masa berlaku dan tiga angka di belakang kartu.
Jika data itu diketahui, maka kartu kredit kita dalam posisi bisa dibobol, baik dari dalam negeri maupun dilakukan di luar negeri.
Baca Juga: Relaksasi Kartu Kredit Diperpanjang Lagi
"Data bisa bocor, kalau tidak dari sisi penggunanya, maka data itu didapat dari apakah pernah digunakan di suatu tempat baik online maupun offline atau dicuri dari data penerbit kartu kredit. Sehingga, pengguna harus berhati-hati termasuk juga kebocoran data di sisi penerbit kartu," terangnya.
Menurut Heru, amannya saat ini untuk tidak menggunakan kartu kredit sembarangan, apalagi untuk belanja di situs-situs yang tidak jelas, lebih baik menggunakan metode pembayaran lain seperti e-wallet yang isinya bisa di atur untuk tidak besar-besar.
Menurutnya, kalaupun harus menggunakan pastikan aplikasi aman dan kalau website ada tanda kuncinya.
"Sistem keamanan bank juga ada yang kuat, ada yang lemah. Secara umum masih belum kuat sehingga sering bocor, data diambil dan diserang hacker.Sektor keuangan apalagi perbankan jadi sasaran utama para hacker karena ada data bernilai yang bisa dicuri dan dimonetisasi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News