Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet alias non performing financing (NPF) industri multifinance kembali mengalami kenaikan.
Berdasarkan data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPF gross multifinance tercatat mencapai 2,57% per Mei 2025 atau naik dari bulan sebelumnya yang mencapai sebesar 2,43%.
Seiring dengan itu, OJK juga mencatat piutang pembiayaan hanya tumbuh tipis 2,83% secara tahunan menjadi Rp 504,58 triliun. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak April 2022.
Pengamat multifinance Jodjana Jody menilai, tren kenaikan NPF yang terjadi di tahun ini memang sudah diperkirakan. Hal ini mengingat portofolio pembiayaan mulai menunjukkan pemburukan sejak kuartal IV-2024.
“Apalagi hingga Mei tahun ini, bisnis belum tumbuh dengan baik. Hal itu tercermin dari lemahnya daya beli masyarakat, rendahnya inflasi, dan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 yang hanya mencapai 4,87%, jauh di bawah target 5%,” kata Jody kepada Kontan, Kamis (10/7).
Baca Juga: Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Multifinance Melambat pada Mei 2025, Ini Menyebabnya
Selain itu, ketidakpastian politik dan ekonomi global juga turut menambah tekanan terhadap industri pembiayaan. Jody memandang, perusahaan pembiayaan sebenarnya telah mulai melakukan mitigasi risiko sejak akhir tahun lalu.
Namun, di tengah rendahnya pertumbuhan piutang pembiayaan, ruang koreksi terhadap NPF menjadi semakin terbatas. Hal ini justru menambah beban bagi pelaku usaha.
“Proyeksi kami, pertumbuhan kredit akan tetap rendah. Kalau bisa mencapai 5%–6% saja, itu sudah sangat baik di tengah kondisi saat ini,” ujarnya.
Selaras dengan hal ini, salah satu pemain yakni PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatat rasio NPF sebesar 1,49% per Juni 2025. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,42%.
Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan, kenaikan NPF sejalan dengan kondisi pasar yang menantang dan berdampak pada kemampuan bayar sebagian nasabah. Meski demikian, ia menegaskan bahwa posisi NPF perusahaan masih dalam batas aman.
“CNAF akan sangat selektif dalam pemilihan segmen nasabah, kami memilih dengan tingkat resiko nasabah yang terkendali seperti penguatan cross selling," ujarnya kepada Kontan, Selasa (8/7).
Dari sisi akuisisi, CNAF memperketat seleksi segmen nasabah baru dan mengoptimalkan penawaran produk kepada nasabah eksisting induk usaha yang memiliki rekam jejak pembayaran yang baik.
Selain itu, CNAF juga mendorong penambahan kontrak tambahan (additional order) serta pengajuan ulang (repeat order) dari nasabah eksisting yang telah menyelesaikan pembiayaan sebelumnya dengan baik.
Sementara dari sisi collection, CNAF aktif mengimbau nasabah untuk membayar cicilan lebih awal melalui WhatsApp dan panggilan telepon. Perusahaan juga memanfaatkan teknologi suara otomatis (robotic call) untuk meningkatkan efektivitas penagihan.
Sampai dengan Juni 2025, total penyaluran pembiayaan baru di CNAF tercatat sebesar Rp 5,19 trilliun, tumbuh sebesar 12% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu Rp 4,63 trilliun.
Baca Juga: Mandala Finance Catat NPF 2,92% per Juni 2025
PT Mandala Multifinance Tbk (Mandala Finance) mencatat rasio NPF sebesar 2,92% per Juni 2025. Angka tersebut mengalami kenaikan tipis dibandingkan bulan sebelumnya.
Direktur Keuangan Mandala Finance Roberto AK Un mengatakan kenaikan NPF tak lepas dari sejumlah tantangan yang mewarnai semester I-2025. Beberapa di antaranya yakni perlambatan ekonomi nasional, tingginya suku bunga, serta tekanan di segmen kendaraan roda dua dan mobil bekas akibat penurunan harga jual kembali.
“Kondisi tersebut turut memengaruhi motivasi debitur untuk melanjutkan kewajiban pembayaran,” kata Roberto kepada Kontan, Selasa (8/7).
Untuk menjaga rasio NPF tetap terkendali, Mandala Finance menerapkan berbagai strategi mitigasi risiko, salah satunya pencadangan yang optimal. Adapun prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan serta edukasi keuangan bagi konsumen juga mereka lakukan.
Selain itu, Roberto bilang pihaknya juga rutin melakukan pengawasan portofolio secara berkala dan memperkuat penerapan tata kelola perusahaan serta manajemen risiko yang efektif.
Baca Juga: NPF Multifinance Bergerak Usai Lebaran, Perusahaan Waspadai Risiko & Perkuat Mitigasi
Sementara itu, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatat rasio NPF bergerak stabil di level 2,3% hingga Juni 2025.
Head of Investor Relation & Research Adira Finance, Sartika Lubis mengatakan, stabilnya rasio NPF perusahaan didorong oleh sejumlah strategi yang diterapkan perusahaan.
Di antaranya, Adira Finance menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan, penguatan proses penagihan (collection), hingga segmentasi pembiayaan yang selektif sesuai dengan risk appetite perusahaan.
“NPF masih dalam batas internal yang ditetapkan perusahaan dan di bawah rata-rata industri," kata Sartika kepada Kontan, Selasa (8/7).
Sartika menambahkan, penyaluran pembiayaan Adira Finance pada semester I-2025 mengalami koreksi, seiring dengan perlambatan di industri otomotif, khususnya segmen roda empat. Secara total, penyaluran pembiayaan Adira hingga Juni 2025 tercatat sebesar Rp 16,2 triliun.
Selanjutnya: Ada Riza Chalid, Ini Daftar 18 Tersangka Kasus Korupsi Pertamina yang Terbaru
Menarik Dibaca: Resep Bola Ayam Jepang Favorit Anak Ala Devina Hermawan, Juicy dan Enak Banget
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News