Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pembatalan rencana merger antara PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) membuat kedua bank harus bekerja keras menambah modal inti.
Kebutuhan modal ini meningkat tajam seiring rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghapus Kelompok Bank Bermodal Inti (KBMI) 1.
OJK sebelumnya memastikan konsolidasi MNC Bank dan Bank Nobu melalui skema merger tidak akan dilanjutkan, mengakhiri proses yang telah bergulir sejak awal 2023.
Padahal, bila merger terlaksana, entitas gabungan berpotensi langsung memenuhi syarat modal inti minimum Rp 6 triliun untuk naik ke KBMI 2.
Hingga September 2025, modal inti MNC Bank tercatat sebesar Rp 3,27 triliun, tumbuh tipis 0,49% secara year-to-date.
Baca Juga: Ekosistem Tetap Jadi Kunci Keberhasilan Bank Digital
Sementara modal inti Bank Nobu mencapai Rp 3,83 triliun, naik 13,22% sepanjang tahun berjalan. Jika digabung, modal inti keduanya menembus sekitar Rp 7 triliun, cukup untuk keluar dari KBMI 1.
Rencana OJK menghapus KBMI 1 akan mengubah peta industri. Regulator tengah menyiapkan aturan baru yang memangkas kategori bank menjadi hanya tiga kelompok berdasarkan kapitalisasi pasar.
Seluruh bank di KBMI 1 kecuali bank daerah didorong menambah modal secara organik maupun melalui konsolidasi. Saat ini, KBMI 1 dihuni 61 bank, jumlah yang dinilai terlalu gemuk bagi struktur perbankan nasional.
Dengan aturan baru yang segera berlaku, MNC Bank dan Bank Nobu mau tidak mau harus mempercepat penguatan modal.
Advisor Banking & Finance Development Center, Moch Amin Nurdin, menilai opsi paling realistis bagi kedua bank adalah penyuntikan modal dari pemegang saham pengendali.
Baca Juga: Dorong Ekspansi KPR, Nobu Bank Gandeng Pengembang Perumahan Pesona Kahuripan
“Modal inti mereka masih jauh dari target. Akan berat jika hanya mengandalkan pertumbuhan aset yang kemudian menjadi laba ditahan,” ujar Amin kepada Kontan, Rabu (26/11/2025).
Ia menambahkan, masa transisi yang belum jelas juga menambah tantangan, terutama melihat laju pertumbuhan kedua bank yang relatif lambat.
Vice President LPPI Trioksa Siahaan menilai opsi mengundang investor baru juga terbuka lebar.













