Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan pembiayaan (multifinance) tengah mengincar pasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif.
Padahal, pada tahun 2024, segmen UMKM masih memiliki risiko kredit yang cukup tinggi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) UMKM mencapai 4% hingga September 2024.
Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,88%.
Baca Juga: CNAF: Jumlah Penarikan Kendaraan Masih Tergolong Rendah pada 2024
CNAF Terus Dorong Pembiayaan UMKM
Menanggapi hal ini, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) tetap optimis dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman menyebutkan bahwa hingga Desember 2024, total pembiayaan modal kerja untuk UMKM mencapai Rp1,74 triliun.
“Meski NPL UMKM secara industri masih cukup tinggi pada tahun lalu, kami tetap optimis dan berkomitmen menyalurkan pembiayaan produktif ke sektor UMKM, sejalan dengan roadmap fintech P2P lending 2023-2027 dan roadmap perusahaan pembiayaan 2024-2028,” ujar Ristiawan kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3).
Ristiawan menambahkan bahwa total NPL untuk pembiayaan produktif di CNAF masih dalam kondisi aman, yakni sebesar 0,71% per Februari 2025.
Angka ini membaik sebesar 0,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 0,72%.
Dengan kondisi ini, ia menilai bahwa risiko dalam sektor pembiayaan produktif masih terjaga dengan baik.
CNAF juga terus menerapkan prinsip kehati-hatian dan memperkuat proses Know Your Customer (KYC) guna menjaga kualitas portofolio.
Baca Juga: Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik CNAF Capai Rp 79,22 Miliar pada Januari 2025
Target dan Strategi CNAF di 2025
Hingga Februari 2025, CNAF mencatat total penyaluran pembiayaan baru untuk sektor produktif mencapai Rp48,5 miliar, tumbuh 6,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp45,4 miliar.
CNAF menargetkan penyaluran piutang pembiayaan sektor produktif naik menjadi Rp1,81 triliun pada tahun 2025.
Untuk mencapai target ini, CNAF akan semakin gencar dalam menyalurkan pembiayaan serta mempercepat digitalisasi guna mempermudah pengajuan kredit bagi masyarakat.
“Kami terus mengedepankan digitalisasi agar pengajuan pembiayaan lebih mudah, cepat, dan sederhana sehingga masyarakat tidak direpotkan dalam proses pengajuan kredit,” kata Ristiawan.
Meski optimis, ia juga menyoroti beberapa tantangan dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif di 2025, seperti kebijakan perpajakan yang masih cukup memberatkan serta kondisi makroekonomi yang belum stabil.
“Namun, CNAF tetap optimistis dapat mencapai target penyaluran pembiayaan produktif sesuai rencana yang telah ditetapkan,” ujarnya.
Baca Juga: Pembiayaan Sepeda Motor Mandala Finance Tumbuh 14% pada Januari- Februari 2025
Mandala Finance Tetap Jaga Kualitas Kredit
Sejalan dengan strategi tersebut, PT Mandala Multifinance (MFIN) atau Mandala Finance juga tetap menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif UMKM.
Managing Director Mandala Finance Christel Lasmana mengakui bahwa UMKM masih menghadapi tantangan seperti penurunan permintaan pasar yang dapat memengaruhi omzet dan kemampuan membayar kredit.
Namun, ia memastikan bahwa risiko kredit di Mandala Finance masih dalam kondisi stabil dengan rasio NPL sebesar 2,38% per Februari 2025, yang berada di bawah rata-rata industri pembiayaan.
“Untuk itu, kami tetap menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif UMKM sejalan dengan aturan OJK,” kata Christel kepada Kontan.co.id.
Ia menambahkan bahwa kondisi NPL yang terkendali ini didukung oleh strategi perusahaan yang konsisten, seperti pengelolaan pencadangan yang optimal, seleksi ketat dalam penyaluran pembiayaan, pemantauan portofolio berkala, serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
Baca Juga: Mandala Multifinance (MFIN) Jaga Rasio BOPO di Level 73% Sepanjang 2024
Kinerja Mandala Finance Tetap Positif
Hingga akhir Februari 2025, kinerja Mandala Finance menunjukkan pertumbuhan positif dengan total penyaluran pembiayaan meningkat 14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kami selalu berfokus pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dengan menerapkan manajemen risiko yang terukur dan tepat sasaran,” ujar Christel.
Dengan strategi tersebut, ia optimistis dapat menjaga kualitas aset dan mempertahankan rasio NPL di bawah rata-rata industri, serta memastikan kinerja perusahaan tetap sehat dan berkelanjutan.
Selanjutnya: Kenaikan Harga Emas Bisa Memicu Profit Taking, Apa yang Harus dilakukan Investor?
Menarik Dibaca: Ekspansi Klinik Gigi Damessa Terus Berlanjut dengan Pembukaan Cabang Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News