Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi sektor perusahaan pembiayaan (multifinance) akan menjadi sektor dengan nilai surat utang jatuh tempo yang paling besar di tahun 2025. Nilainya bisa mencapai Rp 29,7 triliun.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyebut, nilai tersebut relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor lain seperti perbankan, pulp dan kertas, lembaga keuangan khusus, serta pertambangan yang juga menjadi 5 sektor dengan jatuh tempo teratas.
"Dari sini kita bisa melihat bahwa keperluan untuk melakukan refinancing dari surat utang yang jatuh tempo dari sektor multifinance masih besar di tahun depan dan ini bisa menjadi katalis positif bagi penerbitan," kata Suhindarto kepada Kontan, Rabu (18/12).
Ia memproyeksikan prospek penerbitan surat utang atau oblibasi dari sektor multifinance masih akan berada pada kondisi yang baik di tahun 2025 mendatang.
“Kami pun berharap penerbitan surat utang dari sektor multifinance akan lebih besar di tahun depan,” kata dia.
Baca Juga: Lunasi Obligasi Jatuh Tempo, Mandala Multifinance Siapkan Dana Rp 150 Miliar
Selain itu, Suhindarto juga memperkirakan perekonomian akan tumbuh relatif lebih baik di tahun depan seiring dengan pelonggaran kebijakan moneter yang diharapkan akan berlanjut dan kebijakan fiskal pemerintah yang lebih ekspansif.
Dengan begitu, akan mendorong permintaan agregat untuk tumbuh dan kemudian memperbaiki bisnis sektor multifinance. Menurut Suhindarto, jika prospek bisnis lebih baik, maka penerbitan obligasi dari sektor multifinance diharapkan juga bisa meningkat.
Namun, masih terdapat sejumlah tantangan dalam penerbitan obligasi di sektor multifinance. Salah satunya yaitu, pemangkasan suku bunga yang bisa saja lebih lambat dari perkiraan awal.
“Saya melihat bahwa potensi pemangkasan suku bunga terbuka begitu lebar seiring dengan inflasi yang terus berada dalam rentang target, namun dengan kondisi eksternal yang masih kurang kondusif untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut, karena Bank Indonesia (BI) perlu menjaga nilai tukar, bisa saja pemangkasan suku bunga akan berjalan lebih lambat daripada yang diperkirakan di awal,” jelasnya.
Kata Suhindarto, hal tersebut akan membatasi prospek permintaan dan membuat pertumbuhan bisnis multifinance tertahan, “Implikasinya, kebutuhan pendanaan mereka juga bisa jadi tidak sebesar sebelumnya dan penerbitan dari sektor ini menjadi tertahan kembali,” imbuhnya.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Multifinance Capai Rp 30,52 Triliun, Begini Prospeknya pada 2025
Selanjutnya: Bidik Marketing Sales Rp 1,8 Triliun, Puradelta Lestari Incar Calon Tenant Baru
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana Saja? Ini Prakiraan Cuaca Besok (19/12) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News