Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2025 sudah setengah jalan, penyaluran kredit ke sektor UMKM belum menandakan perbaikan. Pertumbuhan kredit ke sektor usaha wong cilik ini tetap bertahan di kisaran 2%.
Mengacu pada data uang beredar BI pada Juni 2025, pertumbuhan kredit UMKM hanya tumbuh 2%. Di mana, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Januari 2025 yang tumbuh sekitar 2,5% YoY.
Jika melihat secara rinci, kredit ke segmen usaha mikro menjadi yang paling memprihatinkan. Pasalnya, kredit mikro justru tercatat turun 2,5% YoY, bulan sebelumnya turun 1,9% YoY.
Padahal, secara nilai, kredit mikro ini mendominasi kredit UMKM atau senilai Rp 621,2 triliun. Di mana, total kredit UMKM senilai Rp 1.404 triliun.
Baca Juga: Kredit Lesu, Bank Andalkan Pendapatan Non Bunga
Sementara itu, kredit segmen usaha kecil justru mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Tak main-main, kredit usaha kecil mampu tumbuh 10,5% YoY menjadi Rp 478,1 triliun.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan melihat kredit UMKM di separuh pertama 2025 memang dipenuhi ketidakpastian. Meskipun, Maybank Indonesia masih mampu mencatat pertumbuhan hingga 11% YoY menjadi Rp 25 triliun.
Ketidakpastian itu meliputi kondisi geopolitik, kebijakan tarif Trump hingga suku bunga kredit yang tinggi. Alhasil, banyak pelaku UMKM menunda pertumbuhan bisnis.
“Apalagi yang menggunakan uang bank, lebih baik konservatif dulu sembari menunggu kejelasan, kepastian dan juga perbaikan dari daya beli,” ujar Steffano kepada KONTAN, Selasa (22/7).
Sementara itu, ia melihat bakal ada perbaikan di semester 2/2025 untuk kredit UMKM. Terutama karena sudah mulai ada penurunan suku bunga acuan ditambah stimulus dari penurunan suku bunga BI.
Di sisi lain, Steff berpendapat ada potensi UMKM berkembang ketika tren pemutusan hubungan kerja sedang meningkat. Di mana, masyarakat terdampak bisa memunculkan UMKM baru.
“Akan tetapi tidak semua orang memiliki modal dan skill,” ujarnya.
Sependapat, Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menjelaskan kondisi ekonomi domestik saat ini dibayangi sejumlah tantangan, salah satunya melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini turut menekan omzet UMKM sehingga mempengaruhi permintaan pembiayaan dari sektor UMKM.
Di BSI sendiri, ia melihat pertumbuhan pembiayaan untuk segmen UMKM masih dalam tren positif. Ini seiring strategi perseroan untuk selektif dalam penyaluran pembiayaan kepada UMKM yang sehat dan berkualitas.
Baca Juga: Kredit Perbankan Terseret Bunga Tinggi, Kalah Pamor dari Obligasi
Hingga Maret 2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp52,5 triliun kepada segmen UMKM. Angka tersebut meningkat 12,63% dibandingkan tahun sebelumnya.
“BSI mencatat total Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) sebesar Rp 98,15 triliun atau 34,27%,” ujar Wisnu.
Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY Raden Agus Trimurjanto bilang kalau di daerahnya, UMKM sangat dipengaruhi oleh kehadiran wisatawan. Naasnya, daya beli masyarakat sedang turun sehingga berdampak pada penurunan jumlah wisatawan.
“Ini mengakibatkan penurunan omzet UMKM dan kesempatan tumbuh atau menghambat munculnya usaha-usaha kecil yang baru,” ujar Agus.
Untuk pertumbuhan kredit UMKM di Bank BPD DIY, per Juni 2025 tercatat naik 5% YoY menjadi Rp 3,78 triliun. Di mana, kredit mikro tumbuh paling besar mencapai 11,5% jadi Rp 2,03 triliun.
Baca Juga: DPK Perbankan Tumbuh Pesat, Ini Penopangnya!
Agus pun menambahkan perlunya peningkatan belanja pemerintah dengan harapan akan mempengaruhi peredaran uang dan ekonomi sehingga akan berdampak multiplayer ke UMKM.
“Namun demikian bank juga berperan dalam memberikan kemudahan, kecepatan pemberian kredit serta pemanfaatan digitalisasi,” tambahnya.
Selanjutnya: Alokasikan Rp 630 miliar, Kementerian PU Bakal Bangun 63 Jembatan Gantung di 2026
Menarik Dibaca: Dukung UMKM Naik Kelas, Pegadaian Perkuat Ekosistem Usaha Lewat Gaderian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News