kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

NPL BTN Mencapai Rp 11,25 Triliun, Terbesar dari Kredit Konstruksi


Kamis, 07 September 2023 / 16:37 WIB
NPL BTN Mencapai Rp 11,25 Triliun, Terbesar dari Kredit Konstruksi
ILUSTRASI. Para petugas melayani calon pemilik rumah yang mengikuti akad massal KPR BTN di perumahan Puri Delta Tigaraksa, Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Arif Ferdianto, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN)  mencatatkan total nilai kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Rp 11,25 triliun per Juni 2023. Adapun total kredit bank ini mencapai Rp 307,6 triliun. Sehingga rasio NPL ada di level 3,66%.

Melansir laporan BTN, Kamis (7/9), jumlah kredit bermasalah BTN meningkat dari posisi Juni tahun 2022 sebesar Rp 10,13 triliun dengan rasio 3,54% terhadap total kreditnya. Jika dirinci, rasio kredit bermasalah tertinggi berasal dari konstruksi perumahan yakni mencapai 26,27%, naik dari 23,11% pada Juni tahun lalu. 

Total outstanding kredit konstruksi perumahan BTN tercatat sebesar Rp 19,22 triliun, turun 14,5% secara tahunan dari Rp 22,5 triliun pada Juni 2022. Dengan demikian, nilai kredit bermasalah di segmen ini mencapai Rp 5,05 triliun.

Sementara rasio NPL Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi bank ini naik dari 0,88% ke level 1,64%. Outstanding KPR subsidi BTN tumbuh 10,8% secara tahunan dari Rp 137,2 triliun menjadi mencapai Rp 152,16 triliun. Sehingga nilai KPR subsidi bermasalah  mencapai Rp 2,49 triliun, naik dari Rp 2,24 triliun pada Juni 2022.

Rasio NPL KPR non subsidi naik dari 2,32% menjadi 2,47%. Portofolio di segmen ini mencapai Rp 90,83 triliun, tumbuh 6,49% dari Rp 83,3 triliun pada Juni tahun lalu,. Dengan begitu nilai kredit bermasalah di segmen ini naik dari Rp 1,9 triliun menjadi Rp 2,24 triliun. 

Baca Juga: Kredit Bermasalah di BRI Tembus Rp 35,5 Triliun

Adapun NPL kredit lain sektor perumahan naik daro 3,09% menjadi 3,32%. Outstanding kredit segmen ini mencapai  Rp 7,25 triliun sehingga nilai kredit yang bermasalah mencapai Rp 240,8 miliar

Dari sisi kredit konsumer non perumahannya mencatat rasio NPL 1,5%, naik dari 1,06% pada Juni tahun 2022. Portofolio kredit di segmen ini tercatat Rp 6,54 triliun. Artinya, kredit bermasalah jumlahnya mencapai Rp 98,1 miliar

Rasio NPL kredit komersial turun dari 10,88% ke level 9,68% dari portofolio sebesar Rp 10,29 triliun. Nilai kredit komersial bermasalah mencapai Rp 996,4 miliar.

 

 
Sedangkan NPL Kredit korporasi tercata paling mini yakni hanya 0,61% dari portofolio  Rp 21,34 triliun. Artinya, yang bermasalah hanya Rp 130,2 miliar. Rasio NPL kredit konstruks ini sedikit menurun dari Juni tahun lalu yakni 0,7% dari portofolio senilai Rp 15,35 triliun.

Punya Piutang Klaim di Jiwasraya

Di sisi lain, BTN hingga saat ini masih terdapat utang klaim asuransi jiwa kredit, terkait kredit pemilikan rumah (KPR) pada PT Asuransi Jiwasraya sebesar Rp 500 miliar.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu menjelaskan bahwa saat ini masih ada sejumlah ahli waris debitur asuransi jiwa kredit yang tidak bisa memperoleh sertifikat rumah, karena tidak bisa melunasi KPR.

“Kita menjaga agar kerja sama agar aman tidak seperti kasus Jiwasraya. Hari ini di kami masih ada Rp 500 miliar lebih outstanding MPL (maximum probable loss) yang belum bisa kami tutup. Dan itu lagi diupayakan IFG,",” ujarnya, Rabu (6/9).

Nixon mengungkapkan, ahli waris tidak bisa melunasi polis karena klausul asuransi mewajibkan pembayaran dilakukan oleh pihak asuransi Jiwasraya, di mana jumlahnya mencapai kurang lebih Rp 500 miliar.

“Sejak Jiwasraya bermasalah sampai hari ini, KPR-KPR ya, NPL karena debitur-nya meninggal dunia, itu sampai hari ini belum bisa dilunasi. Karena memang closure bank asuransi adalah yang membayarkan pihak asuransi Jiwasraya,” kata Nixon.

Baca Juga: IFG Life Bersama BTN Optimalkan Pelayanan Nasabah Lewat Bancassurance

Direktur Utama IFG, Hexana Tri Sasongko menuturkan NPL senilai Rp 500 miliar tersebut merupakan produk asuransi jiwa kredit milik debitur Jiwasraya yang tengah direstrukturisasi. Menurutnya, ini telah mencapai kesepakatan terkait skema restrukturisasi oleh BTN.

“Sudah mencapai kesepakatan skema restrunya dengan BTN sehingga setelah nanti pendanaannya tersedia langsung dipindahkan ke IFG Life,” tuturnya.

Hexana bilang, ketika dana tersebut tersedia ditargetkan pemindahan dapat dilakukan paling lambat di kuartal I tahun 2024. Menurutnya, hanya terdapat satu polis atas nama bank BTN tetapi terdapat sekitar 600 ribuan peserta yang berasal dari nasabah asuransi jiwa kredit BTN yang dijamin oleh Jiwasraya kala itu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×