kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi corona bikin aksi akuisisi bank oleh investor asing kian ramai?


Kamis, 09 Juli 2020 / 20:42 WIB
Pandemi corona bikin aksi akuisisi bank oleh investor asing kian ramai?
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di ATM Bank Bukopin, Jakarta, Selasa (30/06/2020). Selama pandemi, sejumlah investor asing melakukan akuisisi atau menambah kepemilikannya di bank-bank di Indonesia. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama pandemi, sejumlah investor asing tercatat melakukan akuisisi atau menambah kepemilikannya di bank-bank tanah air. Marjin bunga yang masih tinggi di Indonesia jadi daya tariknya.

Di sisi lain situasi pandemi juga makin membuka peluang buat masuknya investor asing. Maklum permodalan perbankan tanah air meskipun masih tangguh tercatat mengalami penurunan. Ini jadi waktu yang tepat buat investor asing masuk ke industri perbankan nasional.

Baca Juga: Pangsa pasar bank cilik makin menciut, OJK soroti soal penguatan modal

Ambil contoh, akuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank yang dimulai sejak akhir tahun lalu, dan ditargetkan rampung akhir tahun ini justru sudah selesai Mei 2020 lalu.

Percepatan transaksi dilakukan dengan konsekuensi penurunan harga jual Bank Permata yang ditawarkan oleh bekas pemiliknya yaitu PT Astra International Tbk (ASII), dan Standard Chartered Bank (SCB).

Dalam perjanjian jual beli saham pada Desember, Bangkok Bank, Astra, dan SCB sepakat menjual Bank Permata dengan harga 1,77 nilai buku. April 2020 ketiga pihak kemudian teken amandment letter untuk mengubah harga menjadi 1,63 kali nilai buku, dengan catatan transaksi mesti diselesaikan sebelum kuartal II-2020 berakhir.

Bangkok Bank kemudian bergerak cepat, dan menyetujui amendment letter. Head of Investor Relations Astra Tira Ardianto pernah bilang kepada Kontan.co.id bahwa pandemi jadi alasan mengapa para pihak bernegosiasi ulang terkait transaksi. Potongan harga jadi insentif agar Bangkok Bank dapat memnuhi komitmennya mengakuisisi Bank Permata.

Baca Juga: Sektor perbankan Indonesia dikuasai asing? Ini kata OJK

Pada Mei 2020 transaksi rampung, Bangkok Bank mengucurkan dana Rp 33,66 triliun untuk mengempit 89,12% saham milik Astra dan SCB. Kini proses mandatory tender ofer (MTO) juga sisa 10,88% saham juga tengah diproses.

Selain Bangkok Bank teranyar adapula KB Kookmin Bank yang bakal menjadi pengendali PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Kookmin yang merupakan salah satu bank terbesar di Korea. Kookmin telah menyiagakan dana US$ 200 juta untuk memiliki 67% saham Bank Bukopin.

Kookmin bakal jadi pembeli siaga dalam aksi rights issue yang kini tengah digelar Bank Bukopin. Aksi dilakukan dengan menerbitkan 4,66 miliar saham anyar dengan harga pelaksanaan Rp 180 per saham. Artinya target penghimpunan dananya Rp 838,80 miliar.

Dengan asumsi PT Bosowa Corpoartion mengeksekusi haknya senilai Rp 193 miliar, serta sebagai pembeli siaga, Kookmin maksimum bakal mengucurkan Rp 645,80 miliar.

Baca Juga: Harga mobil bekas lebih murah, permintaan kreditnya pun mulai melaju

Asal tahu, dari korespondensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kookmin, diketahui harga pelaksanaan Rp 180 per saham merupakan usul Kookmin. Harga ini jauh di bawah harga rights issue saat Kookmin masuk ke Bank Bukopin pertama kali senilai Rp 570 per saham. Saat itu Kookmin mengucur dana Rp 1,46 triliun untuk mengambil 22% kepemilikan Bank Bukopin.

Harga Rp 180 per saham juga diperkirakan bakal jadi patokan rencana penambahan modal oleh Kookmin selanjutnya via private placement.

“Setelah rights issue, kalau Kookmin mau private placement juga bisa. Ini tergantung seberapa cepat mereka mau menyelesaikan masalah di Bukopin,” kata Deputi Komisioner Humas dan Logistik. OJK Anto Prabowo kepada Kontan.co.id, Selasa (7/7).

Selain dua bank, ada lagi PT Bank Maspion yang tengah menunggu tambahan modal dari investor asingnya yaitu Kasikorn Bank. Bank asal Thailand tersebut berencana meningkatkan kepemilikannya di Bank Maspion, dari sebelumnya 10% menjadi 40%.

Baca Juga: Bank Bukopin harusnya dipertahankan tak jatuh ke asing

April lalu, via entitas anak Kasikorn Bank yaitu Kasikorn Vision Co. Ltd (KVision) teken perjanjian jual beli saham dengan PT Alim Investindo, PT Maspion, PT Husin Investama, PT Maspion Investindo serta lima pemegang saham individual untuk membeli 30,,01% saham Bank Maspion.

Dalam pengumuman resminya, suntikan modal dari Kasikorn bakal digunakan Bank Maspion untuk mengembangkan platform digital. Sekaligus untuk memenuhi syarat modal inti minimum dari OJK senilai Rp 3 triliun pada 2022 mendatang.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma bilang, pandemi memang jadi salah satu pemicu makin maraknya aksi akuisisi bank tanah air oleh investor asing. Maklum secara umum valuasi bank juga ikut menurun.

Baca Juga: Pangsa pasar bank cilik makin menciut, OJK soroti soal penguatan modal

“Selain itu, investor asing tertarik masuk karena marjin bunga bersih di Indonesia juga masih tinggi dibandingkan regional. Di sisi lain, jika mau mendirikan bank baru, kans buat tumbuh umumnya lebih sulit,” katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/7).

Meski demikian akibat maraknya aksi akuisisi sejak beberapa tahu terakhir, Suria menaksir ke depan tren ini tak akan semarak, meningkat ketersediaan bank yang bisa diakuisisi juga makin menipis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×