Reporter: Inggit Yulis Tarigan, kompas.com, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ketujuh, Payment ID dapat memperkaya analisis kredit berbasis NIK.
Ketua Umum AFPI, Entjik Djafar mengatakan sistem ini adalah langkah strategis untuk memperkuat transparansi dan akurasi dalam proses analisis kredit di sektor fintech lending.
“Program ini tentunya akan sangat membantu memperkaya kami dalam melakukan analisa kelayakan kredit based on single identity, yaitu NIK,” ujarnya kepada Kontan, (7/8).
Tantangan Payment ID
Mengutip Kompas.com, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin menilai, sistem ini memiliki tantangan tersendiri, khususnya terkait privasi data dan kemungkinan gangguan teknis.
"Sisi negatifnya ya privasi berkurang, technical error," ujarnya.
Untuk itu, Eddy menekankan pentingnya riset mendalam guna memahami implikasi sistem ini terhadap perekonomian secara menyeluruh. Ke depan, ia memprediksi banyak negara akan perlahan beralih ke ekosistem berbasis blockchain dengan aset digital berbasis token.
Tonton: Aturan Co-Payment Asuransi Kesehatan OJK Rugikan Konsumen dan Bikin Beban Rakyat Makin Berat
"Saya tidak tahu apakah payment ID berbasis fiat money akan dapat sustainable untuk waktu lama," pungkasnya.
Selanjutnya: Perkuat Kerjasama Ekonomi, Indonesia & Selandia Baru Eksplorasi Sektor Potensial
Menarik Dibaca: Review Oppo Find X8, Abadikan Momen dengan Kamera Super Night Mode
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News